
Kenyataan bahwa agama merupakan produk budaya jelas berimplikasi pada sikap manusia dalam menghadapinya. Sebagaimana yang Agnostik Indonesia terangkan, nilai-nilai agama menjadi tak perlu lagi untuk orang sakralkan. Bukan hal yang perlu kita takuti sedemikian rupa dengan ancaman-ancaman dosa dan neraka.
“Kita tidak bermaksud untuk mengesampingkan nilai-nilai kebaikan yang terkandung dalam agama. Namun, dengan memahami hal ini, kita dapat lebih jernih dan bijak dalam memilah dan mengambil keputusan moral dalam kehidupan kita.”
Karena itu, klaim-klaim usang seperti doktrin keselamatan dan kekafiran dapat segera manusia tinggalkan. Ini berefek pada pelepasan segala prasangka terhadap sesama manusia dan menjalani kehidupan secara lebih berwibawa sebagai orang-orang yang bebas.
Melalui kicauannya hari ini, warganet berakun @Mentimoen juga menegaskan perkara serupa. Oleh sebab agama merupakan produk budaya, maka membuat perbedaan antara produk agama dan budaya menjadi hal yang tidak mungkin lagi.
“Karena ajaran agama pada dasarnya merupakan produk budaya juga. Agama-agama paling besar di Indonesia adalah produk Timur Tengah.”
Argumen Pembuktian
Berikut ini paparan sejumlah argumen yang membuktikan bahwa agama memang benar sebagai produk budaya. Bahwa agama tidak akan pernah bisa kita lepaskan dari bingkai sejarah manusia.
1. Bahasa Teks Agama
Sebermula kala, teks-teks agama manampakkan wujudnya melalui bahasa. Dan kenyataan bahwa bahasa atau tulisan merupakan produk budaya manusia, maka menjadi satu bukti valid bahwa agama juga produk budaya yang termaksud.
2. Fitur Agama
Konsep tuhan dalam agama kita konstruksi berdasar refleksi manusia. Tuhan kita bayangkan sebagai sesuatu yang berpikir, punya emosi, serta memiliki kehendak layaknya manusia. Hingga titel-titelnya pun, seperti Bapa, Raja, Tuan, semuanya bersumber pada sistem hierarki dalam kehidupan sosial.
Terdapat pula fitur-fitur budaya macam pedang dan seruling. Misalnya, malaikat kita contohkan membawa pedang atau dewa yang bermain-main dengan seruling. Lagi-lagi ini contoh valid bagaimana makhluk-makhluk ilahi ternyata menggunakan benda-benda penemuan manusia.
***
Menghadapi kenyataan di atas, tentu sebuah ironi tersendiri jika otoritas agama kerap berkilah. Bukan sepantasnya lagi jika mereka sering melakukan klaim bahwa, baik bahasa teks maupun fitur-fiturnya, merupakan sesuatu yang “turun dari langit”.
Klaim semacam itu, selain tak berdasar, justru menunjukkan narsisme dan obsesi berlebih terhadap konsep kesucian secara membabi-buta. [tw/ai]
Baca juga:
- AdSense for Search, Fitur Penelusuran Istilah Terkait untuk Laman Konten - 17 Februari 2022
- AddToAny Share Buttons, Peningkat Traffic dan Engagement Terbaik - 3 Februari 2022
- Menggunakan Google Analytics; Panduan bagi Pemula - 2 Februari 2022