Aksi Damai Bela Agama?

Aksi Damai Bela Agama?
©Tribunnews

Aksi Damai Bela Agama?

Kita mendapat pelajaran untuk mengawali semua dengan basmalah. Karena di sana (aksi damai) ada pesan rahman dan rahim, nilai pengasih dan penyayang.

Lha, jauh dari nilai itu, kecuali hanya menebar benci, amarah, dan hasutan, yang jelas keluar dari kedua nilai tadi, bagaimana bisa kita bilang bela agama?

Baiklah. Katakanlah itu aksi damai. Namun, jika yang kita beri panggung untuk bicara di sana justru menebar kebencian, menularkan kemarahan, dan merawat dendam, apakah mereka yang mendengar bisa merasakan damai dan tergerak untuk memelihara damai?

Bukankah damai itu berada di hati dan pikiran? Jika hati dan pikiran kita biarkan terecoki dengan narasi-narasi kebencian, apakah damai akan bertahan di sana?

Menjawab itu, ibarat mengimpikan sejuk tapi terus membiarkan api merembet ke mana-mana hingga membakar apa saja. Bahkan saat api mengecil, kembali tersiram bahan bakar agar api tetap membesar. Sejuknya mau datang dari mana?

Mereka yang sepanjang sejarah terkenal sebagai penjaga damai bukanlah mereka yang sekadar gemar meneriakkan aksi damai. Mereka adalah orang yang membiasakan pikiran/hati terisi dengan kedamaian, membagi isi pikiran dan hati tadi dengan “rasa” yang ia miliki, kepada pikiran/hati orang-orang.

Baca juga:
Zulfikar Akbar