Anies Baswedan Rangkul FPI, Guntur Romli: Demi Agenda Politik Pribadi

Nalar Politik Gubernur DKI Jakarta terpilih Anies Rasyid Baswedan tampak berupaya untuk terus rangkul FPI, Front Pembela Islam. Dalam sambutannya di Milad FPI ke-19, Anies mengimbau kepada ormas radikal ini untuk bersama-sama merawat kebhinekaan di Republik Indonesia.

“Bangsa ini adalah bangsa yang bhinneka. Kita lihat tulisan di depan, Merawat Kebhinekaan. Tidak banyak bangsa di dunia yang memiliki kebhinnekaan seperti kita,” ujar Anies dalam sambutannya seperti dilansir Merdeka.com, Sabtu (19/8/2017).

Karenanya, lanjut Anies, ormas FPI pun juga harus hadir, sebagaimana masyarakat secara umum, untuk tetap menjaga kebhinnekaan, bukan justru mengancam keutuhannya.

“Mari tunjukkan ke dunia bahwa 19 tahun perjalanan kemarin dan tahun-tahun ke depan adalah tahun-tahun di mana masyarakat Indonesia merasakan kehadiran FPI sebagai penjaga kebhinnekaan,” sambungnya.

Di samping itu, Menteri Pendidikan yang dipecat dari Kabinet Kerja Jokowi-JK ini juga mengajak FPI memperjuangkan nilai-nilai keadilan sebagaimana yang diamanatkan dalam Pancasila dan UUD 1945. Ia mengajak ormas besutan Rizieq Shihab ini untuk turut mengatasi segala bentuk ketimpangan sosial.

Karena dengan begitu, yakin Anies, persatuan benar-benar akan terwujud di negeri yang dikenal dunia sebagai bangsa bersatu dalam perbedaan ini.

“Di berbagai tempat di dunia terjadi konflik. Karena itu, tanggung jawab kita adalah menghadirkan persatuan di Indonesia. Tapi, persatuan tak bisa dihadirkan dalam ketimpangan, harus hadir dalam keadilan. Mari kita sama-sama perjuangkan keadilan di Indonesia. Ketimpangan hanya mengantarkan pada kecemburuan dan perpecahan. Mari ikhtiarkan sama-sama upaya pengentasan kemiskinan. Dengan hadirnya keadilan, maka akan hadir persatuan di negeri ini,” pungkasnya.

Mengetahui itu, seorang aktivis-penulis Mohammad Guntur Romli mendedahkan kecamannya terhadap Anies Baswedan sekaligus tertuju kepada FPI. Lewat cuitan di akun Twitternya @GunRomli, ia menilai bahwa upaya Anies mengajak FPI sama saja melibatkan koruptor ke  dalam lembaga antirasuah.

“Mengajak FPI merawat kebhinnekaan itu seperti mengajak para koruptor agar terlibat pemberantasan korupsi,” cuit Guntur Romli.

Selain itu, ia juga tegaskan bahwa kenaifan yang berbahaya merangkul FPI dengan alasan kebhinnekaan, sama saja dengan mau merangkul Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), Islamic State of Iraq and Syria (ISIS), dan kelompok radikal lainnya dengan dalih yang sama.

“Tapi, Anies tidak naif. Ia dengan sadar merangkul kelompok radikal seperti FPI untuk agenda politiknya dengan dalih yang menipu: demi kebhinnekaan,” tegasnya.

Tentu saja, penilaian Guntur Romli ini beralasan kuat. Ia pernah menjadi korban keganasan FPI yang berujung pada kekerasan fisik yang dideritanya. Hal tersebut ia rasakan dalam Tragedi Monas Berdarah 1 Juni 2008.

“FPI perusak kebhinnekaan, merasa paling benar dengan memaksakan klaim mereka (yang) tak jarang dengan cara-cara kekerasan,” cuitnya kembali.

Ia pun menyesalkan sikap Anies Baswedan yang dulu dikenalnya sebagai aktivis Islam beraliran moderat bahkan liberal. Apalagi diketahui, Anies dulu termasuk orang yang menganggap FPI sebagai kelompok ekstremis.

“Anies pernah menyerang FPI, menyebutnya ekstrimis. Kini, (Anies) rangkul FPI dengan dalih kebhinnekaan, tergantung agenda politik pribadinya,” tulisnya lagi.

Dengan pilihannya yang ingin merangkul FPI, Anies pun dinilai Guntur Romli sebagai bagian dari kelompok Islam garis keras, sekaligus politikus yang oportunis.

“Kelompok-kelompok radikal memang biasa dimanfaatkan oleh politisi-politisi busuk, yang bisa dijadikan ‘tukang pukul’ buat menyerang lawan-lawan politiknya,” tambahnya.

“Kalau untuk kebhinnekaan, kenapa Anies tidak mengajak ormas-ormas Islam yang sudah jelas-jelas, seperti NU dan Muhammadiyah, kenapa rangkul FPI? Mungkin karena tidak bisa dimanfaatkan,” sambungnya.

___________________

Artikel Terkait: