Antitesis Pendidikan ala Kemendikbudristek

Namun demikian, Iwan tetap menilai tidak ada yang salah dengan kritik terhadap berbagai kebijakan pendidikan. Justru hal itu perlu terus dilakukan di sebuah negara demokrasi demi memastikan kebijakan tepat sasaran.

“Yang jadi persoalan adalah saat kritik terlontar tanpa kejelasan dasar dan nirsolusi.”

Etika dan Karakter

Iwan lanjut menjelaskan, arah pendidikan nasional kini sudah jelas, yakni membentuk Profil Pelajar Pancasila yang tidak hanya berkutat pada literasi dan numerasi. Lebih dari itu, pendidikan etika dan karakter memegang peranan sangat penting.

“Keberadaan Program Asesmen Nasional adalah salah satu langkah konkretnya; yang bagi penganut status quo, program ini lagi-lagi mengusik kenyamanan.”

Di mana pun, kata Iwan, sebuah antitesis akan mengoyak kenyamanan status quo, termasuk di dunia pendidikan. Apalagi saat antitesis datang dari barisan anak muda yang ditugasi Presiden menciptakan lompatan di tengah beban pendidikan masa lalu yang berat.

Ia mengibaratkan Kemendikbudristek sebagai kapal yang harus digerakkan dengan tenaga super besar. Hal ini menurutnya hampir tidak mungkin dilakukan hanya oleh pemerintah dengan anggaran negara terbatas.

“Harus ada gerakan-gerakan bersama antara pemerintah, pakar, masyarakat sipil, dan swasta yang menjadi energi untuk menggerakkan kapal besar itu.”

Jika ini tidak lakukan, kata Iwan, pendidikan nasional akan tetap jalan di tempat, bahkan hampir pasti akan makin mundur dan tertinggal jauh dibandingkan dengan negara tetangga.

“Saat ini, kita memang sedang membutuhkan sebuah antitesis demi memastikan pendidikan nasional mampu melompat dan mengatasi ketertinggalan.” [ko]

Baca juga: