Apa Itu Libertarianisme?

Bagi libertarian, masalah mendasar dalam politik adalah hubungan individu dengan negara. Hak apa yang dimiliki individu (jika ada)? Bentuk pemerintahan apa (jika ada) yang paling baik untuk melindungi hak-hak tersebut? Sampai di mana batas-batas kekuasaan negara? Tuntutan-tuntutan apa saja yang bisa setiap individu ajukan dalam posisinya sebagai warga negara?

Libertarian sudah mencoba merumuskan aturan-aturan hidup seperti apa yang layak teraplikasikan. Aturan-aturan tersebut memungkinkan tiap individu bisa hidup bersama dengan kesadaran hak masing-masing. Hal itu tertuang, misalnya, dalam Declaration of Independence: hidup, kebebasan, dan tujuan kebahagiaan.

Kita tahu siapa dan apa itu negara. Wujudnya kini tidaklah sama dengan impian Plato. Negara, dalam hal ini pemerintah, adalah mereka yang kerap menggunakan kekerasan dan paksaan terhadap orang lain. Untuk itulah kita memerlukan sebuah cara/aturan untuk membatasi dan menghukum para pelaku tindak kekerasan, termasuk sekalipun oleh para pengurus negara.

Tetapi, itu tetap tidak meniadakan skeptisisme kita tentang akan adanya upaya memberdayakan sejumlah orang untuk menggunakan kekerasan terhadap orang lain. Orang-orang sembrono selalu memegang kekuasaan dalam pemerintahan, jauh dari kata ideal. Beberapa di antaranya korup dan jahatnya minta ampun.

Bahkan orang yang punya niatan baik sekalipun, yang jujur, dan yang bijaksana, tetap saja cenderung menjalankan kekuasaan sewenang-wenang ketika sudah masuk dalam pemerintahan. Itulah sebabnya mengapa orang Amerika selalu takut pada adanya konsentrasi kekuasaan atau kekuasaan yang terpusat.

Libertarianisme, sebagaimana tersirat dari namanya, meyakini bahwa nilai politik yang paling agung adalah kebebasan, bukan demokrasi. Pembaca mungkin akan bertanya-tanya, apa bedanya? Bukankah kebebasan dan demokrasi itu sama?

Baca juga:

Tidak. Kebebasan dan demokrasi itu berbeda. Hal yang menjadikannya begitu berbeda justru bersumber dari dua definisi yang berbeda tentang kebebasan itu sendiri, sebuah perbedaan makna yang secara khusus libertarian Prancis abad 19 Benjamin Constant eksplorasi dalam esainya berjudul The Liberty of the Ancients Compared with That of the Moderns.

Constant mencatat gagasan para penulis Yunani kuno bahwa ide kebebasan berarti hak untuk berpartisipasi dalam kehidupan publik, hak untuk membuat keputusan dalam sebuah komunitas masyarakat. Jadi, Athena adalah negara yang bebas karena semua warga negara—lelaki dewasa, bebas, dan orang Athena—bisa terlibat dan berpartisiapsi dalam proses pengambilan keputusan.

Socrates, misalnya, bebas karena ia dapat berpartisipasi dalam keputusan kolektif, sekalipun itu untuk mengeksekusi dirinya lantaran pendapatnya dinilai menyesatkan.

Alternatif

Konsep kebebasan modern versi libertarianisme menekankan hak individu untuk hidup sebagaimana yang ia kehendaki, entah itu berbicara secara bebas, beribadah, memiliki properti, bebas berdagang, dan bebas dari penangkapan atau penahanan sewenang-wenang—meminjam bahasa Constan, datang dan pergi tanpa izin, tanpa harus mempertanggungjawabkannya.

Pemerintahan yang berdasarkan pada partisipasi masyarakat adalah penghargaan sebaik-baiknya atas hak individu.

Di sini, saya mencoba menggambarkan makna menjadi seorang libertarian. Tentu saja ada banyak varian penganut libertarianisme. Beberapa orang mungkin ternilai sebagai konservatif fiskal dan liberal sosialis, atau berpandangan bahwa pemerintah tidak boleh mengatur keuangan saya dan urusan ranjang saya. Beberapa yang lain percaya pada filsafat Declaration of Independence dan ingin agar pemerintah tetap bekerja dalam batas Undang-Undang.

Libertarianisme menawarkan alternatif bagi negara yang koersif. Negara harus menjamin kehidupan yang damai agar setiap orang bisa hidup produktif, di mana pun.

Meski demikian, dunia libertarian tidaklah sesempurna yang kita impikan. Masih akan ada ketidaksetaraan di dalamnya, kemiskinan, kejahatan, korupsi, kebejatan manusia atas manusia. Hanya saja, berbeda dengan kaum teokratis atau sosialis utopis, libertarian tidak menjanjikan surga.

Karl Popper pernah berkata, upaya menciptakan surga di bumi hanya akan melahirkan neraka. Karena itu, libertarianisme membangun tujuan bukan demi kesempurnaan, melainkan yang lebih baik dan bebas, dunia di mana lebih banyak keputusan bisa lahir dengan cara-cara yang benar oleh orang-orang yang tepat.

Baca juga:

Tidak hendak menjanjikan penghapusan seluruh kejahatan, kemiskinan, dan ketidaksetaraan, tetapi, dengan dunia libertarian, setidaknya hal-hal yang tidak manusiawi itu bisa tereduksi, minimal tidak sebesar dari apa yang tampak di negara-negara dunia secara umum.

*Diterjemahkan dari seri kuliah David Boaz, Introduction to Libertarianism