Bagaimana Jika Cuma Kurang 1 Langkah?

Rasionalitas aktif ataupun pasif yang terkonteks menjadi roda penggerak tubuh lalu menghasilkan sesuatu yang di mana tak pernah ada habisnya, bahkan isi buku dengan banyak kata yang ku baca tak pernah menjelaskan batasan dari langkah

Apa yang terlintas di pikiranmu ketika mencoba berpikir soal langkah ataupun melangkah?

Langkah itu pilihan, langkah itu keputusan, langkah itu kesiapan; melangkah itu adalahkepastian yang tak butuh pengakuan. Fitrah seorang manusia adalah melangkah tepat atau setidaknya langkah yang diambilnya itu adalah sebuah pelajaran dan penentuan untuk kembali melangkah.

Salah dalam melangkah adalah konsekuensi logis dari rangkaian perjalanan dari lalu menuju kini serta kini yang akan menuju ke depan. Hal inilah yang kita sebut sebagai kehidupan.

Jika timbul sebuah pertanyaan, sudah sejauh mana Anda melangkah? Apa pencapaianmu atas langkahmu itu? Bagaimana jika hal yang kau inginkan cuma kurang 1 langkah?

Melangkah sejauh mungkin karena Anda akan merasa rugi jika tak bisa lagi melangkah karena Anda pastinya akan kembali melebur ke tanah yang menjadi asalmu. Manusia hanyalah sekumpulan atom kecil yang melengkapi bumi. Lantas kenapa kau takut untuk melangkah? Apakah langkah butuh batasan?

Mulai untuk melangkah adalah kata kerja dan kata kerja membutuhkan aktivitas pada gerak untuk langkah. Sisi pemotretan dalam membangun langkah bukan hal yang lahir dengan cuma-Cuma. Langkah itu tercipta karena saya, kita, mereka, dan Anda sama-sama lahir karena proses dari langkah.

Ada banyak paradigma ataupun sudut pandang setiap orang dalam melihat langkah bahkan memimpikan langkah. Langkah itu harus digapai sebab langkah itu kemenangan.

Ada banyak manusia yang terbata-bata seperti kata saat melangkah. Terlepas pada langkah yang disebut kalah, pasrah bukan jawaban atas langkah yang kalah. Kamu hanya lelah karena tak terucap kata dari mulutmu bahwa itulah usaha.

Baca juga:

Ada banyak manusia yang merangkai kata soal langkah tapi luput seperti rumput yang ditebas habis oleh pisau tajam dan rumput itu akan kembali tumbuh subur. Demikian pula dalam hal melangkah, manusia memang memiliki intuisi tapi langkah tak cukup bila dibaca dengan hal itu.

Manusia itu ciptaan yang berakal budi serta sarat makna dan tak bisa hanya sebatas digambarkan lewat puisi. Jika saat melangkah Anda jatuh, maka pahamilah bangkit adalah jawaban saat jatuh.

Mari merangkul dan tak saling memukul karena saat cita-citamu hanya kurang 1 langkah, maka temukan langkah itu. Lawanlah penghalang untuk mencapai langkah itu, karena bisa saja yang kau lakukan saat ini cuma kurang 1 langkah untuk mencapai titik temu.

Yovinianus Olin
Latest posts by Yovinianus Olin (see all)