Balon Mainan

Balon Mainan
©Depositphotos

balon harapan ditiupkan
sampai menggembung gendut
genggam jari ia lepas tiba-tiba
seolah perasaanku cuma upil
yang susah payah diraih
namun akhirnya disisihkan

di sisa harapan yang dia tiup
aku terbang ke angkasa jauh
dan jatuh di jurang gelap
tanpa penerang untuk menuntunku
pulang pada kesembuhan hati
yang terlanjur membusuk

Pixie

Di kusam redup kantung matanya
nampak garis-garis lelah dan kecewa.
Saat bibirmu merekah, kelam wajahnya
masih nampak jelas. Bagai rembulan
yang selalu dihinggapi gerhana.

Rambutnya yang dipangkas pixie,
membuatnya terlihat tampan meski untuk
perempuan. Dan saat menatapnya,
perasaan iba selalu tiba.

Sempat aku berpikir, dia adalah puisi
yang tidak bisa aku uraikan menjadi
kata-kata.

Lebih Dingin dari Kematian

Syal merah tergeletak di salju
dia teringat akan denyut nadi
dari leher kurus seseorang
yang tidak lagi bisa diingat

Hanya napas putihnya saja
menjadi embun yang segera beku
menempel di kain wol lusuhnya
yang masih membekas di hati

Sekarang tak ubahnya aku
cuma segumpal kain kusut
yang besok bakal dilemparkan
ke tempat pembuangan sampah

Sampai seorang kurus berbaju tipis
memungut dan mengenakanku
di tubuhnya yang lebih dingin
dari kematian

Tersesat dalam Kebebasan

Apa bisa kau bedakan, nyanyi
burung dalam sangkar dan mereka
yang di belantara hutan?

Banyak pemabuk duniawi tersesat
saat mencari kebebasan yang
sebetulnya ada di setiap pintu jiwa.
Dan kebingungan mencari kunci
yang sudah digenggam.

Tapi barangkali aku sendiri seirama
dengan mereka. Meski kaki menapaki
jejak-jejak surga, tetap saja dalam perasaan,
aku masih menjadi tawanan pada jeruji
penyesalan.

Tinggal Rangka

Semut mengunyahku habis
tinggal rangka terlentang
di padang rumput lapang

Seekor gagak menatap
dari keluasan langit bermega
sayap gelapnya pergi mengepak

Dua lubang pada mata tengkorak
ditumbuhi sekelopak tulip
sebelum penyesalan menyelip

Besok matahari tidak akan terbit
lampu pula bakal selalu padam
terkecuali kenestapaan ini terbenam

Permohonan Pohon

Dengan kaki patah
burung tetap bisa terbang

Sedang aku akan tetap menunggunya
untuk hinggap di ranting renta ini

Sebelum akhir Desember tiba
menyeretku menjadi pohon natal

Tangis Kupu-kupu untuk Bunga Kering

dia menjadi sesatunya bunga
untuk kupu-kupu serupa aku
di padang pasir panas semesta

tanaman itu menyerap airmataku
sedang aku hinggap pada kembangnya
yang sewarna dengan lembayung

satu manusia iri terhadap mereka
dia injak kupu-kupu itu di tanah
dan leher sang bunga ia belah

Arham Wiratama
Latest posts by Arham Wiratama (see all)