Nalar Warga – Anti-impor, tapi mulai dari colokan, wifi, charger, HP dan agama yang dia pakai barang impor semua.
Maksudnya apa orang-orang ini mempermasalahkannya? Kalau harus, ya imporlah. Emang kamu bisa berdoa lalu tiba-tiba stok komoditas dalam negeri nambah sendiri?
Ini kan persoalan sederhana. Kalau kamu tidak bisa produksi sendiri kebutuhanmu (dan memang tidak harus produksi sendiri), ya beli dari orang lain. Orang lain itu bisa berarti tetangga, luar daerah, atau dari luar negeri. Senyamannya aja. Ini perdagangan biasa.
Lagian, yang pemerintah lakukan itu, kan, membuka kran impor, tidak harus pemerintah sendiri yang berdagang. Yang berjalan adalah logika perdagangan. Orang akan melakukannya kalau memang harus. Logika untung-rugi biasa. Di mana-mana begitu.
Harga-harga naik, marah. Impor biar harga stabil, marah. Lalu apa?
Bangsa lain sudah ke bulan, kita masih persoalkan hal-hal seperti itu. Alamak. Mau aja ditipu para pengusaha dan produsen yang ogah bersaing itu.
Kalau mereka membela kepentingan petani padi, mestinya mereka tidak hanya melarang pemerintah beli beras dari luar, tapi juga minta pemerintah larang warga makan selain nasi.
___________________
Artikel Terkait:
- Bikin Video Parodi, Netizen Nilai Politikus Gerindra Rachel Maryam Penipu dan Dungu
- Jadi Jokowi Itu Berat, Biar Aku Saja
- Blunder, Pinter, Keblinger - 29 Januari 2024
- Koalisi Anies-Ganjar - 15 Januari 2024
- Awalnya Diremehkan, Ternyata Berpotensi Menang Satu Putaran? - 28 Desember 2023