Gusti Allah mboten sare. ~ Ahok
Nalar Warga – Saya mempublikasikan cerita ini sudah mendapatkan izin yang bersangkutan.
Tahun 2015, kawan yang sekarang menjadi staf di tempat saya, mengambil rencana umroh pertama kalinya dengan menggunakan jasa First Travel. Saya cukup terkesima dengan paket umroh yang nggak sampai 15 juta untuk paket termurahnya.
Bayangkan, dengan harga segitu, Anda sudah naik pesawat pulang-pergi ke Jazirah Arab dengan biaya hotel berbintang dan biaya hidup selama sekitar 9 hari. Hitung saja secara eceran, jatuhnya berapa.
Kalaupun dipaket, nggak bakal berkurang lebih dari 35 persen dalam hitungan kasar saya untuk syarat dan ketentuan yang paling ringan. Dan itu jatuhnya masih sangat jauh di atas 15 juta.
Sempat saya lontarkan keraguan yang langsung dia yakinkan dengan menunjukkan bukti-bukti foto keberangkatan kloter lainnya. Saya mencoba berpikir positif, barangkali si empunya travel punya akses istimewa dengan keluarga kerajaan. Siapa tahu.
Dia mendaftar bersama keluarga dan lebih dari 300 orang rekan organisasi dan pengajian. Paket yang diikuti bervariasi, dan dia sendiri mendaftarkan diri dengan harga paket yang agak mahal.
Tahun 2016, saat keberangkatan tertunda sampai 3 kali, saya me-warning untuk me-refund saja, apalagi saat yang bersangkutan masih diminta biaya-biaya tambahan. Saya semakin curiga berat, namun tak dapat membuktikannya.
Dan puncaknya di tahun 2017, mungkin sekitar bulan Mei kemarin, beliau bersama rombongan terkatung katung di Jakarta, dan tetap tidak berangkat.
Saya tau dia galau luar biasa, namun saya diam. Walaupun dalam hati, saya yakin fix kalau travel ini menipu sejawat saya.
Beberapa waktu yang lalu, saat dia datang keruangan saya untuk curhat, dia menangis tersedu. Ada gundah dan sesal di sana yang jauh melampaui rasa kehilangan uangnya.
Ada kalimat yang dia katakan yang membuat saya ikut merenung.
“Begini ya rasanya dibohongin orang dengan agama. Kita percaya orang nggak bakal menipu ketulusan sesama saudara seiman, namun ternyata lebih tega daripada yang saya sangka. Saya nggak mengira kalau benar orang bisa begitu berani menggunakan ayat-ayat untuk kepentingan dia.”
Yes, teman saya dan suaminya ini adalah alumnus demo berjilid kemarin.
Dulu, dia begitu emosional dan berprasangka. Tak terhitung doa jelek yang dia akui untuk ditimpakan kepada sang “Penista”. Dan peristiwa ini membuka matanya, dan mata saya juga.
Lain kali, jika ada orang yang memperingatkan bahwa ada orang-orang yang dengan begitu berani menggunakan ayat-ayat suci untuk kepentingan duniawi mereka, jangan terburu marah dan memenjarakan orang tersebut.
Karena itu memang benar, ayat suci bisa dipakai oleh orang orang kurang ajar. Cepatlah sadar.
Allah punya segala cara untuk memperingatkan. Jika kaum cendekiawan dan pemuka tak lagi menyuarakan hati-Nya, tapi menyuarakan kepentingan golongan dan dompetnya. Dan pemuka yang baik malah dicaci dan di-bully.
Allah akan menitipkan kebenarannya melalui mulut-mulut para kafir, atau mungkin bahkan kepada anjing yang liurnya najis sekalipun kalau perlu.
Karena orang kafir oleh kemurahan-Nya, suatu saat bisa diampunkan. Dan bekas liur yang najis pun bisa disucikan. Namun, siapa yang bisa meluruskan dan membersihkan hati yang batu dan kotor?
Keadilannya adalah sempurna. Dan Allah bisa memukul dan menghajar orang-orang yang salah di mata-Nya, walau mereka mengaku umat-Nya sekalipun.
Jadi ingat kata-kata Ahok, Gusti Allah mboten sare. Dan Gusti Allah benar-benar mboten sare.
___________________
Artikel Terkait:
- Mungkinkah Gerindra Akan Menggeser Posisi PDIP? - 29 September 2023
- Murid Budiman - 1 September 2023
- Budiman Sudjatmiko, Dia Pasti Adalah Siapa-Siapa - 30 Agustus 2023