Beranda Kenangan

Faris melihat papanya tersenyum tipis, mendengar guyonannya.

“Ayah mengenalnya di saat ayah tidak ingin jatuh cinta Far” lanjut pak Dus.

“Bagaiamana ceritanya ayah mengenal Mawar, apakah ayah tahu dimana keberadaanya sekarang? Apakah dia secantik Melati calon mantu Ayah?” tanya Faris lagi.

“Dia secantik Melati Far”. ucap Pak Dus. “Ayah sangat mencintai kepribadin dan karakternya. Mawar adalah wanita yang memiliki tanggung jawab besar untuk keluarganya. Ayahnya seorang petani. Ibunya meninggal ketika dia berusia 19 tahun. Saat itu dia baru menyelesaikan masa putih abu-abunya. Mawar anak kedua dari tiga bersaudara.

Dia bercita-cita menjadi dokter. Sayangnya semua pupus saat ibunya meninggalkan Mawar dan kedua saudaranya. Kakak perempuannya seorang pengangguran. Adik perempuannya seorang asisten rumah tangga di negeri Tirai Bambu.” lanjut Pak Dus.

“Emangnya apa yang terjadi dengan Bu Mawar ayah, kenapa dia bisa ghosting dari ayah?” tanya Faris penasaran

“Ada kisah kelam yang terjadi pada kakak kandung Mawar. Pengalaman yang dialami kakaknya menjadi stereotip untuk Mawar dan adiknya yang akhirnya memilih kabur bekerja keluar negeri.” jawab Pak Dus

“Ayah sedekat dan setahu itu tentang carut-marut  keluarga Mawar?” tanya Faris.

Faris bingung dengan dirinya yang mengaku mencintai Melati sepenuh hati tapi tidak mengenal keluarganya dengan baik. Padahal keduanya sudah memasuki tahun keempat pacaran.

“Ketika ayah pacaran dengan Mawar, kami selalu berbagi banyak hal tentang kehidupan kami. Ayah tahu kalau kakaknya pernah kedapatan oleh tetangganya bekerja di sebuah klub malam di Jakarta dari cerita Mawar. Tetangganya menilai setiap orang yang bekerja di klub malam patut dikucilkan dari masyrakat karena dianggap menjual diri untuk kehidupan dan dinyatakan haram. Stigma ini menjadi warisan untuk Mawar dan adiknya.

Mereka kena getah atas perbuatan kakaknya yang sebenarnya tidak melakukan apa-apa. Kakaknya hanya menjadi pelayan dan teman cerita dari para langganan yang datang berkunjung. Tidak ada hal yang melebihi itu. Nahasnya, kakak Mawar meninggal karena menderita kanker paru-paru. Berita kematiannya dibumbui dan dihubungkan dengan pekerjaanya. Mawar merasa dilecehkan setiap kali bertemu tetangganya, selalu ada hukum sosial dan cibiran.” Pak Dus menceritakannya dengan mata yang berkaca-kaca karena dilanda rasa haru dan pilu.

Faris mencermati cerita ayahnya. Dia bisa merasakan betapa getirnya hidup Bu Mawar.

“Awalnya ayah mencintai Mawar hanya untuk mengubah streotipe masyrakat atas keluarganya. Setelah Ayah mengenal dan mengetahui semua cerita Mawar dan keluarganya, saat itu ayah berkesimpulan, kesalahan terbesar kita manusia adalah menghakimi orang lain tanpa mau masuk ke dalam kehidupan orang yang kita hakimi itu. Keluarga Mawar adalah keluarga yang baik. Pekerjaan kakaknya juga adalah pekerjaan yang halal. Tidak ada hal buruk dalam keluarga Mawar seperti yang dinilai tetangganya.

Benar memang kakaknya Mawar mengalami pelecehan seksual di tempat kerjanya. Itu terjadi sekali karena pelanggannya mabuk. Sialnya, peristiwa itu terjadi saat tetangganya juga ada dalam klub malam itu. Kejadian itulah menjadi awal streotipe bagi keluarga Mawar. Mawar dibenci karena kakaknya yang sebenarnya menjadi korban bukan pelaku. But, itulah dunia.. husssttt” Pak Dus berhenti sejenak, setelahnya ia menarik napas dalam-dalam dan menghembuskannya sambil merentangkan tangan.

Faris memperhatikan ayahnya tanpa komentar. Faris masih ingin mendengarkan lanjutan kisah tentang Mawar.

“Ayah dan Mawar merencanakan sebuah acara pernikahan yang sederhana Far. Semuanya sudah dipersiapkan dengan baik. Sebulan sebelum acara pernikahan dilangsungkan, Mawar jatuh sakit. Ketika dibawa ke rumah sakit, dokter memvonis Mawar kena kanker paru-paru dan tidak bisa ditolong lagi. Mawar pergi selamanya dan ayah lebih terluka, perih dan pilu jika dibandingkan dengan kisah kamu dan Melati.”

Halaman selanjutnya >>>
Fransiskus Sardi
Latest posts by Fransiskus Sardi (see all)