Beranda Kenangan

Titik-titik air mata Pak Dus mengalir di pipi, mengenang kisahnya dengan Mawar. “Jatuh cinta itu harus siap terluka Far. Siap mengenal dan menerima semua kekurangan dan kelebihan calon pasangan hidup.” Ujar Pak Dus sambil berdiri merapikan tempat duduknya lalu mengangkat gelas kopi dan tuk kesekian kalinya Pak Dus seruput kopi sambil menarik napas panjang.

“Maaf ya Ayah. Kalau Faris tidak berbagi kisah Faris, pasti ayah sudah bisa melupakan Mawar” ujar Faris.

“Far, kamu harus tahu! Napoleon Bonaparte pernah mengatakan ‘the world suffer a lot, not because the violence of bad people, but because of the silence of the good people.’ Itu artinya kamu harus berani bersuara dan bertindak bagi orang-orang yang mengalami persoalan dalam hidup bermasyrakat. Kamu harus menjadi mentor yang mengkampanyekan kebaikan. Jangan cepat-cepat men-judge orang tanpa mengenal kehidupannya.

Satu hal penting lagi, kalau kamu atau kenalanmu punya persoalan jangan pernah berniat untuk bunuh diri ya Far. Itulah pesan kakak Mawar yang dilecehkan oleh orang pada Mawar dan ayah ingin meneruskannya untuk kamu dan semoga kelak kamu berani untuk mengatakan itu pada anak-anakmu.” jelas Pak Dus dengan penuh kewibawaan. Ia menatap putranya yang mendengarkannya dengan konsentrasi.

“Ayo masuk, Bunda sudah siapkan makan malam” suara ibu Densi menyadarkan mereka bahwa senja telah hilang dan waktunya makan malam.

Pak Dus dan Faris bergegas masuk ke dalam kamar makan. Faris bersyukur memiliki sosok ayah yang sebijaksana dan sedermawan itu. Dia ingin melanjutkan komunitas yang telah didirikan ayahnya. Dia ingin mengubah kisah kelam kehidupan banyak orang di Beranda Kenangan.

Fransiskus Sardi
Latest posts by Fransiskus Sardi (see all)