
Banyak, lho, yang—setelah berhubungan—justru hanya menyisakan perasaan kesal, sesal, dan lain sebagainya. Perasaan-perasaan negatif itu muncul karena yang mereka lakukan bukanlah bercinta dengan benar, melainkan sekadar bersetubuh.
(Sebelum melanjutkan, baca dulu bagian pertama ini: Bercinta Tak Sekadar Bersetubuh)
Ini bukan pandangan seksolog. Ini cuma pandanganku pribadi, yang acap memilih melakukan apa saja karena berangkat dari kesadaran.
Kenapa bercinta perlu kubuat ulasan sepanjang ini? Sebab, kudengar kiri-kanan, masih banyak yang menafsirkan aktivitas bercinta sebagai aktivitas kelamin saja.
Kenapa ada istilah “bercinta” dan “bersetubuh”? Lagi-lagi mau kubilang, karena ini erat kaitannya dengan sesuatu yang kita kedepankan: cinta atau hanya tubuh?
Jangan sampai Anda menyebutnya bercinta, tetapi pasangan Anda justru merasa terhina. Kenapa bisa begitu? Karena mungkin Anda hanya melihat kelamin saja, tanpa melihatnya utuh sebagai manusia.
Sedikit kita seret ke agama. Kenapa malam Jumat selalu terkait-kaitkan dengan urusan ini?
Setidaknya ada pesan baik di sana. Bahwa ada sesuatu yang suci dalam aktivitas bercinta. Bukan sekadar menuruti kemauan dasar sebagai manusia, tetapi juga mencapai sesuatu yang lebih tinggi pada seorang manusia.
Yang Semestinya
Bagaimana membangun pikiran sebelum bercinta menentukan hasilnya. Maka kenapa sebagian orang hanya bersentuhan biasa saja bisa bahagia. Sementara yang lain, sudah melakukan segalanya, malah tidak merasakan apa-apa.
Itu juga kenapa sebagian orang bercinta malah makin bertenaga setelahnya, meski dalam aktivitas itu sudah mengeluarkan banyak tenaga.
Meskipun ada keringat mengucur hingga tenaga terkuras, ia tidak merasa lemas. Sebab aktivitas bercinta ia lakukan dengan sudut pandang yang benar—memberinya energi positif: kegembiraan, kebahagiaan, dan semangat.
Itu juga kenapa kok sebagian wanita makin cantik saja setelah ia bercinta; dan hawa kecantikannya menjadi beda. Ya, bisa jadi karena ia memang bercinta dengan benar, dan menemukan pasangan yang benar.
Begitu juga sebagian pria. Saat tak lagi perjaka, ia justru terlihat lebih seksi di mata lawan jenisnya. Pun ada kemungkinan besar juga dipengaruhi hal itu.
Sebab, seseorang terlihat lebih cantik atau lebih tampan bisa jadi karena ia berhasil mendapatkan kelebihan dari bercinta dengan benar; bercinta yang berangkat dari pikiran yang benar.
Baca juga:
- Surat Terbuka untuk Presiden Jokowi dan Kemenag RI - 30 November 2019
- Jalan Paulo Coelho Menjadi Penulis - 27 November 2019
- Sepak Bola Indonesia Lebih Hidup di Tangan Anak Muda - 25 Oktober 2019