
Layaknya tren, bunuh diri sudah bukan lagi hal yang menakutkan.
Masih ingatkah dengan kisah Romeo & Juliet? Saya kira nama itu cukup familier di telinga jagat raya. Kisah itu ditulis oleh Shakespeare di awal kariernya pada 1591-1595. Kisah yang cukup menarik para pembaca karena romatisme dalam alur ceritanya.
Bukan hanya itu, Romeo & Juliet pun terkenal karena kisah tragisnya. Nyawa pun jadi korban atas perbucinan yang terjadi di antara keduanya. Berawal dari sang Juliet yang ingin lari dari masalahnya dengan meminum obat tidur selama 2 hari, kepanikan pun merajalela pada sang Romeo. Dan akhirnya Romeo memutuskan untuh bunuh diri demi cintanya pada Juliet.
Selang 2 hari Juliet tersadar dari tidurnya dan mendapati sang kekasih telah tak bernyawa di sampingnya. Tak perlu waktu lama Juliet pun menyusul kepergian sang kekasih dengan menghabisi nyawanya.
Begitulah kisah singkat Romeo & Juliet. Walau tak nyata, kisah itu cukup populer sampai berabad-abad bahkan sampai ada yang mengaplikasikan dalam kehidupan nyata. Tragis, bukan?
Layaknya tren, bunuh diri sudah tidak lagi hal yang menakutkan. Lantas masih adakah kisah sang Romeo & Juliet? Masih, dong. Seiring berjalannya waktu, Romeo & Juliet terus memunculkn kisah-kisah barunya dengan tokoh-tokoh yang beragam pula. Sebut saja Rudolf dan Mary Vatsera yang rela bunuh diri bersama pada 1889.
“Aku tak bisa hidup tanpamu,” ucap para Romeo. Buiiiih, rasanya pengen kutabok mulut Romeo. Tapi salut juga sama Romeo yang memang benar-benar menepati janjinya, bukan seperti para buaya yang hanya menebar janji tanpa ada yang ditepati.
Bergeser pada tahun kemarin, tepatnya 28 November menjadi hari terakhir bagi salah seorang selebgram asal Bali, Ayu Wulantari. Sebab lagi-lagi mbak Ayu ini menjadi salah satu tokoh Juliet pada zamannya yang nekat bunuh diri karena perbucinannya.
Bunuh diri itu gak melulu tentang percintaan, banyak faktor juga menjadi pemicu. Bisa karena depresi, tekanan batin, bahkan sampai kelilit utang pun juga termasuk. Naudzubillah.
Ngomongin masalah bunuh diri, beberapa hari kemarin saya sempat melakukan dialog dengan rekan saya. “Ndil, Rusulullah aja ketika dicabut nyawanya oleh malaikat masih merasakan sakit, apalagi kita sebagai manusia biasa? Terus orang bundir itu sakit gak ya pas dicabut nyawanya (misal ketabrak kereta yang langsung mati seketika)?” Kurang lebih begitulah percakapan kami.
Sontak rasa penasaranku muncul yang membuat aku tergerak mencari tahu tentang hal itu. Walau gak banyak yang didapat, saya rasa cukuplah untuk mengurangi rasa pensaran saya.
Geser dikitlah pertanyaannya, siapa malaikat yang mencabut nyawa? Pertanyaan yang gampang, bukan? Anak SD pun saya kira bisa menjawab. Tapi seberapa kenal sih kita sama malaikat pencabut nyawa ini?
Malaikat pencabut nyawa itu populer dengan nama malaikat Izrail. Menurut Habib Quraish Shihab, nama Izrail tidak diketahui secara jelas muasal namanya karena tidak diketahui secara jelas dalam Quran ataupun sunah yang sahih. “Ketika malaikat Izrail hendak mencabut nyawa Rasul, sempat sang malaikat ungkap bahwa sakaratul maut Rasul ini sudah diringankan hinggal 70 kali,” terang buya Yahya (Jatimtimes).
Begitulah kurang lebih gambaran rasa sakit ketika sakaratul maut. Menakutkan, bukan? Tapi pasti kita akan menemuinya. Kematian merupakan takdir yang tidak ada satu pun manusia tahu kapan sang ajal menghampri. Ketentuan itu sudah tercatat di luhul mahudz.
Nah, balik lagi ke masalah orang bunuh diri. Orang bundir itu orang yang gak ada kerjaan misscall-in malaikat Izrail, akhirnya disamperin beneran. “Makin ke sini makin banyak orang yang suka iseng misscall ke saya,” mungkin malaikat akan berkata demikian ketika saya wawancarai langsung. Untunglah malaikat Izrail itu punya banyak karyawan yang bertugas mencabut nyawa manusia di bumi.
Sebagaimana ditulis Habib Quraish Shihab dalam buku “Malaikat dalam Alquran: Yang Halus & Yang Terlihat”. Dalam buku tersebut disebutkan bahwa malaikat maut tidak hanya berjumlah satu, melainkan banyak. Sedang malaikat Izrail merupakan pemimpin dari sekian banyak jumlah malaikat pencabut nyawa.
“Berarti orang bundir ini takdir kematiannya sudah tertulis di lauhul mahudz?’ lanjut rekan saya. Jawabannya iya, takdir kematian bagi orang bundir itu sudah ada ketetapan dari Allah. Tapi ingat bagaimana kondisi ia meninggal merupakan takdir yang dapat diubah. Sebab kapan ia meninggal Allah sudah atur sejak awal.
Jadi semisal ada orang bundir tapi tidak sampai meninggal, berarti ketika itu memang belum waktunya ia untuk meninggal. Maka kondisi kita kelak meninggal itu tergantung bagaimana amal kita. Itulah sebabnya doa agar kita menjemput kematian dengan husnul khotimah amatlah penting karena tidak ada yang tahu kapan kematian menghampiri.
- Pilon - 22 Agustus 2021
- Bunuh Diri, Siapa Takut? - 20 Agustus 2021