Dalam pelbagai survei, Airlangga belum cukup kompetitif dibanding calon-calon yang lain. Karena itu, siapa yang bisa mengangkat Golkar dalam pemilihan legislatif?
Dalam eksperimen kontrol, ada 9 persen yang akan memilih Golkar dalam pemilihan legislatif. Dalam treatment pertama, publik ditanya bila partai Golkar mencalonkan Airlangga untuk menjadi presiden, partai atau calon dari partai mana yang akan Ibu atau Bapak pilih di antara partai-partai berikut ini bila pemilihan umum dilakukan sekarang?
Pada treatment ini, suara Golkar menjadi 15 persen atau mengalami kenaikan sekitar 6 persen dibanding pertanyaan kontrol.
Dalam treatment kedua di mana yang dicalonkan oleh Golkar adalah Ganjar, suara Golkar menjadi 21 persen atau mengalami kenaikan sebesar 12 persen. Ini akan membuat Golkar mendapatkan dukungan publik terbesar kedua setelah PDIP.
Saiful memberi catatan bahwa dalam survei ini terlihat bahwa jika Golkar mengusung Ganjar, suara Golkar naik secara signifikan, tapi dukungan pada PDIP tidak mengalami perubahan, tetap 24 persen.
PDIP tidak terancam oleh kenaikan suara Golkar, yang terancam adalah partai lain, terutama Gerindra. Suara Gerindra turun dari 11 persen (kontrol) menjadi 8 persen jika Golkar mengusung Ganjar sebagai calon presiden.
Jika Golkar mencalonkan Erick Thohir, suara Golkar menjadi 11 persen, tidak mengalami perubahan secara signifikan.
Dari nama-nama yang potensial diusung oleh partai Golkar sebagai presiden tersebut, yang memiliki efek paling kuat menaikkan suara Golkar adalah Ganjar.
Baca juga:
- Ganjar Pranowo Unggul dalam Semua Simulasi Pasangan
- Yakin, Pak Jokowi dan Bu Mega Sedang Mbahas Ganjar dan Puan?
Saiful menyimpulkan bahwa studi ini menunjukkan bahwa bila dicalonkan sebagai presiden oleh PDIP, partai ini akan mendapatkan dukungan publik yang lebih kuat. Ganjar membantu elektabilitas PDIP.
Bila Ganjar juga dicalonkan Golkar, partai ini juga akan mendapatkan limpahan suara atau naik secara signifikan. Namun kenaikan suara Golkar tersebut tidak mengancam PDIP, yang terancam adalah partai lain, terutama Gerindra.
Karena itu, menurut Saiful, menarik untuk melihat kemungkinan dua partai ini berkoalisi mengusung Ganjar karena menguntungkan keduanya.
“Kalau melihat data seperti ini, kayaknya menarik ini koalisi antara Golkar dengan PDIP (dalam mengusung Ganjar sebagai capres). Itu menguntungkan kedua partai tersebut,” kata Saiful.
“Yang bisa membantu meningkatkan suara PDIP secara meyakinkan adalah Ganjar Pranowo. Demikian pula dengan partai Golkar, suara partai ini akan naik jika mencalonkan Ganjar Pranowo,” pungkasnya.
Survei ini dilakukan secara tatap muka pada 3-11 Desember 2022. Populasi survei ini adalah seluruh warga negara Indonesia yang punya hak pilih dalam pemilihan umum, yakni mereka yang sudah berusia 17 tahun atau lebih, atau sudah menikah ketika survei dilakukan.
Dari populasi itu, dipilih secara random (stratified multistage random sampling) 1220 responden. Response rate sebesar 1029 atau 84 persen. Margin of error survei dengan ukuran sampel tersebut diperkirakan sebesar ± 3,1% pada tingkat kepercayaan 95% (asumsi simple random sampling).
Metode eksperimental untuk menguji efek pencalonan presiden terhadap elektabilitas partai dilakukan dengan membagi responden secara acak ke dalam empat kelompok (kontrol, treatmen 1, treatment 2, dan treatmen 3), dan setiap responden mendapat satu pertanyaan sesuai kelompoknya.
Baca juga:
- Sangat Ketat Head to Head Prabowo-Puan Lawan Anies-AHY atau Lawan Ganjar-Airlangga
- Ganjar Pranowo Capres Pilihan Pemilih Kritis; Temuan SMRC 2022
- Ganjar Pranowo Unggul di Internet dan Media Sosial - 4 Maret 2023
- Orang NU Lebih Pilih Ganjar yang Nasionalis daripada Anies yang Islamis - 2 Maret 2023
- Partai dan Politisi Berebut Ingin Jadi NU - 19 Februari 2023