
Terlalu terpusat pada konsep cinta romantis membuat homo sapiens menjadi spesies paling rumit.
Nalar Warga – 100% perceraian diawali dengan sebuah pernikahan. Apa pun lembaga surveinya dan metodologi penghitungannya, angka 100% ini tidak akan pernah berubah.
Kita satu-satunya spesies yang selalu mengalami kesulitan dengan ritual kawin, kencan, dan berelasi. Spesies lain sudah mengatur semuanya (kawin-kencan-relasi), dan segalanya berjalan dengan baik-baik saja. Bedes sapiens yang memang ribet.
Black widow spider dan belalang solat (praying mantis) membunuh pasangannya setelah mereka kawin. Mereka mengetahui aturan main perkawinan dan dengan setia memenuhinya. Komitmen perkawinan kedua spesies ini tidak pernah dilanggar selama jutaan tahun.
Ambil contoh binatang yang sederhana, cumi-cumi misalnya. Otak mereka sangat kecil, tapi mereka enggak pernah ribet perbedaan jantan-betina, seks atau pra-seks. Cumi cewek di waktu tertentu siap kawin, si cowok mendekat sambil menggerak-gerakkan tentakel, cewek memilih tentakel yang paling disukai.
Cumi cewek enggak pernah nuduh cumi cowok kurang ngasih perhatian. Cumi cowok juga enggak pernah mencemaskan apakah yang diberikan adalah yang terbaik untuk si cewek atau untuk dirinya. Ipar-ipar cumi juga enggak ada yang sok-sokan ngasih nasihat sambil bilang, “Maaf, sekadar mengingatkan.”
Bedes sapiens ini yang terlalu rumit. Ceweknya bilang menginginkan cowok yang peka, tapi enggak mau cowok yang terlalu peka. Cowoknya enggak ngerti tentang perbedaan yang samar. Enggak paham bahwa harus peka terhadap perasaan cewek, tapi sok kuat dan sok jantan dalam hal-hal lain. Mbulet, kan?
Kecerdasan emosional hubungan cewek-cowok yang diwariskan selama jutaan tahun pada perjalanan evolusi sapiens relatif stabil seperti spesies-spesies lain. Semua berantakan setelah bedes sapiens mengembangkan bahasa verbal. Lebih parah lagi setelah memasuki era agriculture 12 ribu tahun lalu.
Otak kita sama persis secara anatomi dan fungsional dengan nenek moyang kita di zaman pemburu-pengumpul. Hubungan emosional cewek-cowok otak kita masih menggunakan onderdil yang sama. Hanya saja sapiens selalu gugup dan kebingungan setiap kali mengalami masa-masa lompatan kognitif.
Otak sapiens cewek berevolusi sebagai pengandung anak dan penguasa serta pembela sarang. Akibatnya, otak cewek sudah terprogram untuk merawat, memberi makan, menyayangi, dan mengasuh bedes-bedes lain di dalam kehidupannya.
Sapiens cowok berevolusi dengan tugas yang sama sekali berbeda. Mereka pemburu, pengejar, pelindung, penyedia, dan pemecah masalah. Logis kalau otak cowok dan cewek terprogram untuk fungsi dan prioritas yang berbeda. Teknologi pencitraan otak terbaru meneguhkan adanya perbedaan ini.
Semuanya stabil hingga sapiens mengembangkan bahasa verbal dan berpuncak munculnya kultur pertanian. Cowok enggak perlu lagi repot-repot punya kemampuan navigasi jarak jauh mencari buruan, mendeteksi predator. Mereka mendekam enggak ke mana-mana. Cowok mulai sok-sokan sebagai penguasa sarang!
Otak bedes cowok tidak terprogram untuk navigasi jarak dekat (menguasai detail sarang/gua). Jangan heran kalau zaman sekarang cowok enggak bisa nemu kalau cari kaos kaki di rumahnya. Otak cewek tidak terprogram untuk navigasi jarak jauh. Jadi wajar cewek bingung kalau membuka peta.
Konflik hubungan emosional cewek-cowok makin runyam setelah cowok (yang memang otaknya lebih agresif) kemudian mengklaim sebagai penguasa rumah. Padahal, secara faktual, kontribusi cewek di rumah jauh di atas kontribusi cowok, bahkan jomplang banget.
10 ribu tahun budaya pertanian belum cukup waktu bagi otak sapiens berevolusi mengakomodasi perubahan hubungan cewek-cowok, sudah keburu muncul revolusi industri, yang berujung cewek menuntut kesetaraan hak. Muncul juga konsep cinta romantis! Wi, tambah bingung bedes-bedes ini.
Cinta romantis yang sebenarnya percumbuan pra-persetubuhan yang dibalut dengan ribuan narasi yang aneh-aneh umurnya sangat pendek, rata-rata 6-8 bulan. Tapi justru ini yang menjadi perhatian utama hubungan cewek-cowok. Padahal, dalam hubungan jangka panjang, komitmen kebersamaan lebih diperlukan.
Keruwetan bedes-bedes zaman now ini karena perhatiannya terlalu terpusat pada cinta romantis. Ya, memang iya sih. Ini juga sulit disadari secara rasional karena dikendalikan oleh kerja otak emosional. Tapi dengan memahami cara kerja otak cinta-cintaan ini mungkin akan sedikit membantu.
- Mungkinkah Gerindra Akan Menggeser Posisi PDIP? - 29 September 2023
- Murid Budiman - 1 September 2023
- Budiman Sudjatmiko, Dia Pasti Adalah Siapa-Siapa - 30 Agustus 2023