Tampaknya masyarakat menganggap bahwa seniman tidak berminat mengurus jasmaninya, dan lebih sering tergoda oleh khayalannya; mungkin yang paling mirip dengan golongan “binatang jalang” ini adalah orang sakit jiwa.
Seolah berkembang menjadi mitos, seniman layaknya seperti Chairil Anwar “binatang jalang” harus eksentrik dan bohemian. Namun seiring dengan berjalannya waktu, seorang seniman tidak lagi harus meniru perilaku dan karakter sang “binatang jalang”. Mungkin pada zaman sekarang seniman harus berlaku pragmatis dan cenderung hedonistis.
Puisi Mbeling
Puisi Aku karya Chairil Anwar yang menggunakan diksi “binatang jalang” mampu menjadi inspirasi penyair Remy Sylado yang kini menjadi tokoh yang memberikan pengaruh dalam sejarah dan pertumbuhan sastra Indonesia (33 Tokoh Sastra Indonesia Paling Berpengaruh (Jamal D. Rahman, dkk., Jakarta: KPG (Kepustakaan Populer Gramedia), 2014, hlm. 573 – 585)). Remy Sylado adalah sastrawan dan tokoh yang memperkenalkan puisi mbeling, sebuah genre puisi dalam sastra Indonesia.
Menurut Remy Sylado, dalam bahasa Jawa, kata mbeling berarti nakal atau suka memberontak terhadap kemapanan dengan cara-cara yang menarik perhatian. Namun berbeda dengan kata urakan, yang dalam bahasa Jawa lebih dekat dengan sikap kurang ajar dan asal beda, kata mbeling mengandung unsur kecerdasan serta tanggung jawab pribadi (Puisi Mbeling, Remy Sylado, Jakarta: KPG (Kepustakaan Populer Gramedia), 2004, hlm. xi).
Sementara itu, menurut Sapardi Djoko Damono (Kesusastraan Indonesia Modern: Beberapa Catatan, Jakarta: Gramedia, 1983, hlm. 940), ciri utama puisi mbeling adalah kelakar. Di samping itu, di dalam puisi mbeling terdapat kritik sosial yang memuat ejekan. Ini diwujudkan dengan memanfaatkan kata-kata, arti, bunyi, dan tipografi.
Dalam puisi “Di Blok Apa?”, Remy Sylado mengejek Chairil Anwar dengan kelakarnya yang
mampu memancing kita tersenyum. Inilah puisi tersebut selengkapnya.
Di Blok Apa?
Kalau
Chairil Anwar
Binatang jalang
Di blok apa
Tempatnya
Di Ragunan?
Puisi Mbeling (Remy Sylado, Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia, 2004, hlm. 14)
Binatang jalang dalam puisi di atas mengacu kepada binatang yang sesungguhnya. Diksi ini memiliki makna denotatif atau arti yang sebenarnya. Ia sebangsa dengan harimau, gajah, ular, singa, dan buaya, yang dipelihara di Kebun Binatang Ragunan di Jakarta Selatan.
Binatang-binatang ini tentu saja ditempatkan di kandang yang aman agar tidak mengganggu pengunjung. Jadi Remy Sylado berkelakar dengan mepertanyakan di blok apa sang binatang jalang tinggal di Kebun Binatang Ragunan di Jakarta Selatan.
Sementara itu, saya menggambarkan kesenjangan (gap) antara Chairil Anwar dan konglomerat. Chairil Anwar yang menyebut dirinya sebagai binatang jalang (bermakna konotasi atau kiasan) yang meninggal dunia dalam usia 27 tahun (26 Juli 1922 – 28 April 1949) mewariskan kepada keturunannya sejumput harta berupa puisi yang jumlahnya kurang lebih 70 buah.
Ini tentu saja tidak sebanding dengan binatang ekonomi (bermakna konotasi atau kiasan) yang mampu memberikan warisan berupa harta kekayaan yang dapat menghidupi sanak keluarganya hingga tujuh keturunan. Mereka adalah para konglomerat yang kaya raya dan menguasai perekonomian Republik ini.
Inilah puisi mbeling “Chairil Anwar dan Konglomerat” selengkapnya.
Chairil Anwar dan Konglomerat
Chairil Anwar
Sang binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang
Hingga akhir hayatnya
Mewariskan puisi melegenda
Sekitar tujuh puluh puisi layaknya
Konglomerat
Si binatang ekonomi
Menguasai ibu pertiwi
Hingga akhir hayatnya
Mewariskan harta tak terkira
Untuk tujuh keturunan layaknya
Jakarta, 28 April 2014
Beda Pahlawan dan Koruptor: Sekumpulan Puisi Mbeling, (Syukur Budiardjo, Kebumen: Intishar Publishing, 2019, hlm. 34)
Puisi Aku karya Chairil Anwar yang menggunakan diksi pada salah satu larik puisinya—binatang jalang—menginspirasi Remy Sylado dan Syukur Budiardjo menulis puisi mbeling mengenai binatang jalang. Kata kunci yang menjadi diksi yang disodorkan Remy Sylado adalah “Blok” dan “Ragunan”. Kata kunci yang menjadi diksi yang digunakan Syukur Budiardjo adalah “binatang ekonomi”.
Demikianlah, larik puisi Aku, “binatang jalang”, yang telah mengilhami Remy Sylado dan Syukur Budiardjo menulis puisi “Di Blok Apa?” dan “Chairil Anwar dan Konglomerat” sebagai puisi mbeling. Demikianlah.
- Tuah Bahasa Indonesia bagi Negeri Ini - 28 Oktober 2022
- Ayah dan Jas Merah - 2 Oktober 2022
- Anosmia Bukan Insomnia, Juga Bukan Amnesia - 22 September 2022