
Banyak orang yang suka menulis, tetapi sedikit di antaranya yang mampu mengaplikasikan ciri tulisan menarik ke dalam naskahnya. Mereka hanya tahu menuangkan ide tanpa memikirkan akan seperti apa nasib gagasannya kelak.
Jika kamu seorang figur publik, pemengaruh (influencer) di media sosial dengan ribuan atau jutaan pengikut, tentu kamu tidak usah repot memikirkan nasib gagasan itu. Tetapi kalau kamu berada di posisi sebaliknya, kamu wajib menerapkan pedoman sederhana dari si Meong berikut ini.
1. Menentukan topik
Masing-masing tulisan punya topik. Kita tidak usah berdebat tentang apa yang menarik atau layak jadi konsumsi publik. Semuanya tergantung kecenderungan penulis. Terserah.
Jika kamu punya kecenderungan menulis isu politik, tidak semua hal yang menyangkut dunia penuh kelicikan itu harus kamu masukkan ke dalam satu tulisan utuh. Fokus ke satu isu saja, misalnya tentang kandidat presiden terkuat di Pemilu 2024.
Dalam tulisan itu, kamu hanya perlu menjelaskan siapa orangnya, berikut kelebihan dan kekurangannya (bandingkan dengan presiden sebelumnya). Beri alasan kuat mengapa orang itu layak memimpin negara ini setelah Jokowi.
Jangan biarkan isu tulisanmu meluber ke mana-mana. Untuk kepentingan sosok, konteksnya harus tetap dalam koridor politik. Kelebihan dan kekurangannya pun demikian; sebagai politisi atau pejabat publik, dia bisa apa?
Ingat, fokus ke satu topik. Pendek saja (minimal 300 kata), yang penting memuat satu pendapat utama. Oke?
2. Pengemasan yang menarik
Bagian ini mencakup pembuatan judul, pembuka, isi, dan penutup tulisan. Beda dengan topik, semua unsurnya harus menarik!
Menarik memang relatif, tetapi tetap ada pedoman khusus untuk mendekatinya. Kalau kamu pembaca Pram, kamu pasti bisa menilai bahwa tulisan yang menarik adalah ia yang memiliki tokoh cerita (tentang orang ketiga). Tidak sekadar curhat.
Jenis tulisan menarik lainnya adalah melibatkan pembaca, entah dalam pengalaman konkret maupun argumen. Jika tulisan kamu tidak punya tokoh cerita, kami harus menjadikan pembacamu layaknya teman dialog. Cukup pikirkan minat dan level informasinya, “selesai barang-barang,” kata orang Sulawesi.
Terkait judul, kamu perlu membayangkannya seperti sosok penggoda. Makin merangsang, makin aduhai.
Pembuka tulisan pun demikian. Kamu bisa memulainya dengan kisah tokoh inspiratif, pendapat atau pertanyaan yang kuat, teka-teki atau sesuatu yang membangkitkan rasa ingin tahu, maupun dengan suasana yang menyentuh. Contohnya bisa kamu lihat di pembuka tulisan ini, yang membiarkanmu penasaran hingga membaca sejauh ini. Hehe
Untuk isi, ini menjadi bagian paling panjang dari struktur narasi (80 persen). Fungsinya adalah mengembangkan hingga menamatkan masalah.
Beragam kemampuan menulis akan diuji di isi, seperti menjaga kefokusan pada isu atau topik utama, menggunakan ilustrasi konkret, selektif memilah kosakata, meredam kebosanan dengan suguhan lawakan (humor), serta kekayaan logika dan keluasan pengetahuan. Kalau tidak sanggup, jangan pernah bermimpi menjadi seorang penulis hebat.
Soal penutup, model dasarnya bisa berbentuk afirmasi (penegasan), negasi (penyangkalan), menyatakan kompleksitas (menyisakan tanya), atau solusi (memberi jawaban). Coba tebak, kira-kira penutup seperti apa yang akan si Meong gunakan nanti?
Bonus: Ilustrasi pengemasan pembuka, isi, dan penutup bisa kamu bayangkan dari praktik bercinta, lho! Ada “foreplay” atau pemanasan global—eh, awal ding; masuk ke tahap ngeng yang bergejolak-gejolak itu; hingga akhirnya mencapai klimaks yang meninggalkan kesan. Selamat mencoba.
3. Keterbacaan
Kita tidak bisa memungkiri, tulisan yang baik hari ini juga ternilai dari seberapa banyak pembacanya. Lain hal kalau kamu memang sekadar pembuat diari, bukan penulis. Alasan inilah yang mendorong kenapa aspek keterbacaan sangat penting kamu aplikasikan.
Bagian terakhir ini cukup teknis, tetapi menjadi yang paling utama dari ciri tulisan menarik untuk konteks dalam jaringan. Mengaplikasikannya dengan baik berarti kamu menyadari diri sebagai penulis tanpa modal relasi yang luas. Ya, seperti si Meong juga.
Hal pertama yang harus kamu catat adalah pengaturan kata/frasa kunci. Selain harus tersebar di beberapa bagian dalam tulisan (minimal 2 kata/frasa kunci untuk 300 kata), ia juga WAJIB tertera di judul, pun HARUS termuat di paragraf awal (berada di 150 karakter pertama). Tanpa penggunaan kata/frasa kunci yang tepat, tulisan kamu akan kewalahan bersaing di mesin-mesin penjelajah seperti Bing, Google, Yandex, atau Yahoo.
Menggunakan ilustrasi berupa gambar juga tidak sepele. Ilustrasi harus benar-benar menggambarkan ide/gagasan tulisan. Tidak boleh asal-asalan, apalagi cuma memakai foto diri—mau menulis atau pamer wajah?
Baca juga:
Selanjutnya adalah panjang kalimat. Biasakan menggunakan induk kalimat saja. Contoh: “Saya mau menulis. Topiknya tentang ciri tulisan menarik. Hal ini penting untuk pengembangan tradisi literasi di Indonesia.” Jangan menarasikannya seperti ini: “Saya mau menulis tentang ciri tulisan menarik untuk pengembangan tradisi literasi di Indonesia.” Penulis yang buruk adalah membuat pembacanya ngos-ngosan.
Hal berikutnya adalah paragraf. Seperti pada kasus kalimat, jangan biarkan pembaca kamu lelah di hadapan paragraf yang tidak jelas kapan selesainya. Umumnya pembaca mengakses tulisan dari ponsel cerdas. Membuat paragraf lebih dari 4 baris di MS Word akan membikin pembacamu letih dan lesu.
Penggunaan kalimat pasif juga harus jadi perhatian. Kalau semuanya bisa memakai yang aktif, itu malah lebih bagus. Hal ini juga akan sangat membantu jika kamu masih kesulitan dalam menentukan “di” sebagai kata depan atau imbuhan.
Contoh: “Ciri Tulisan Menarik menurut si Meong ini dimuat di Nalar Politik.” Cara mengaktifkannya cukup simpel. Tidak perlu berabeh membalik strukturnya segala layaknya “passive voice” di English Grammar. Kamu hanya perlu mengganti kata “dimuat” menjadi “termuat”. Sesederhana itu, guys.
Terakhir adalah pengulangan kata/frasa. Penyebab umumnya datang dari kemalasan membaca. Kekurangan nutrisi bacaan berpengaruh pada minimnya kosakata.
Contoh: “Saya sangat suka menulis. Saya sangat suka menulis tentang apa saja di Nalar Politik. Nalar Politik memberikan saya kebebasan penuh dalam menulis tentang apa saja.” Bisakah kamu memperbaikinya dengan kalimat yang lebih elegan?
- Memulai dengan Kalimat-Paragraf Topik - 26 Februari 2022
- Kenapa Menulis Harus Belajar? - 5 Februari 2022
- Jokowi Tidak Mau Sowan ke Ormas Perusuh - 4 Desember 2021