Curhat Medsos: Duhai Makihuma

Berjuang demi cita-cita saja berat apalagi berjuang untuk melupakan sesuatu yang udah terukir, ibaratnya cita-cita itu sesuatu yang akan tong dua ukir. Sedangkan cinta yang sudah terukir harus di hapus yang saya inginkan ko adalah ukiran yang tak harus saya hapus maka dari itu tong sama-sama mengukir masa depan kita agar tak ada yang sia-sia dalam perjuangan tong dua.

Dari awal sampai pertengahan cerita ini saya selalu saja memaksakan kehendak saya di mana akhir dari cerita ini ko hanya sebuah harapan yang tak akan terwujudkan.

Sama seperti tong dua yang hanya mampu berkomunikasi lewat dunia maya tanpa pernah berani untuk berani untuk berkomunikasi langsung, entah mungkin saya yang tak sabar menunggu keberanianmu tumbuh atau bahkan ko tak pernah sungguh-sungguh dengan keadaan ini dimana ko hanya menjebak saya menjadikan saya ini pelarian semata di saat ko sepi.

Mungkin saja saya yang terlalu percaya diri dengan perasaan ini, yang kutau kita sama-sama memiliki rasa ini hanya saja ada hal-hal yang membuat harus tertunda.

Jangan berikan lagi harapan jika memang ko tak akan berani, tak akan mengalah untuk tong dua. Jangan lagi hadir walau hanya sekilas saja yang membuat usaha saya sia-sia untuk memendam rasa ini, buat saya membencimu mungkin dengan sikapmu yang berubah atau berhenti hadir dalam dunia maya maupun dunia nyataku biarkan saya belajar menyadari tong tak sepaham karena tong kesalahan.

Tapi jangan pernah berusaha membuat saya membencimu dengan kau hadirkan lelaki yang kau cintai karena itu tak akan menghilangkan rasa ini. Jika ko memang tak akan mengalah untuk menyamakan tong maka biarkan saya menemukan penggantimu terlebih dahulu, jangan mencoba mendahuluiku karena ko akan sangat menyakiti hati saya.

Lihat saya dari kejauhan dengan yang lain jika ko sudah melihatku tersenyum ikhlas saat bersamanya maka disaat itu saya sudah benar-benar mengikhlaskan tong dua. Maka cari dia lelaki  yang bisa membahagiakanmu seperti saya yang selalu ingin membahagiakanmu, jangan langsung melangkah kilat untuk pergi meninggalkanku, melangkah saja perlahan (duhai makihuma).

Saya meminta hal ini karena saya tau untuk langsung kehilangan nyatamu, untuk langsung menghilang dari mayamu mungkin aku belum sekuat keegoisanku ini. Ko boleh bahkan sangat berhak menjuluki egois tapi yang saya ingin ko ketahui sa meminta hal itu karena saya ingin melihatmu juga dengan lelaki yang beruntung memilikimu itu, saya ingin melihat senyuman dan cinta dimatamu saat ko bersamanya.

Baca juga:

Saat tong dua benar-benar sudah melupakan dan ko sudah mulai menjauh dari kehidupanku maka sadarilah kejadian ini, kesalahan ini tak akan terjadi lagi.

Saat kamu membaca cerita ini, ini cerita yang ingin saya jadikan nyata bukan seperti tong berdua yang hanya sesaat, maka bersyukurlah meskipun jarak menjauhkan dan hati merindukan tapi doa mendekatkan dan suara penggantimu menenangkan. Saat ko menyadari tong sudah melupakan maka hargai dia yang mengisi hari-harimu saat ini.

Akankah perasaan dingin ini akan tumbuh dan menetap, hingga tak ada ruang sisa hati saya untukmu kembali lagi? Saya  selalu berprasangka baik padamu, tak pernah sedikitpun meragukan semua alasanmu.

Hingga semua keputusanmu saya selalu menerimanya dengan tulus. Namun akhir-akhir ini perasaan raguku mulai tumbuh dan menetap, hingga aku selalu bertanya-tanya pada diriku. Selama ini akankah! Saya mengambil langkah yang salah/sebaliknya. Atau? Mungkin karena saya selalu memberimu ruang dan kebebasan, hingga ko berbuat seenaknya. Untuk apa, saya terus mengkhawatirkanmu, pesan saya  saja hanya ko balas dengan singkat.

Sungguh akhirnya aku tau apa arti kata (lelah dan menyerah). Karena rasa dinginmu sungguh begitu nyata, saya lelah berperang dengan rasa dan logika, saya sudah lelah berpura-pura bahwa: saya baik-baik saja, saya juga sudah lelah dan menyerah bahwa, saya selalu berpura-lura bahwa – saya tak pernah marah. Saya hanya ingin mengakhiri hubungan ini, saya sudah lelah dengan semuanya.

Tidak ada lapisan apapun di mataku, namun terlalu sulit untuk aku meneteskan air mata “aku tau, dada ini tak kuasa menahan sesak yang begitu amat mendalam” tak berharap semua insan mengerti karena ingin selalu menjadi yang terbaik untuk mereka yang menyayangi aku.

Bukan malu untuk berkata/ tak pernah menganggap sahabat itu ada (aku hanya ingin waktu berlalu dan menyampaikan kepada mereka) bahwa aku dalam kelam ”sedih yang mendalam” jika suatu hari aku hanya di beri 2 pilihan “hidup untuk bahagiaku sendiri” atau mati dengan melihat orang-orang yang di sayangi bahagia (maka aku akan memilih yang kedua) karena aku bukanlah siapa-siapa tanpa mereka-mereka yang menyayangi aku, terlebih orang tua dan para saudara-saudaraku. Semoga langgeng terus berdua. [*]

Di ujung pojok kota Batavia, pada, 30 – Agustus – 2022

Mr. Kakiabuu
Latest posts by Mr. Kakiabuu (see all)