Dari Jogja, Pemuda Aceh Bersolidaritas Lawan Perampok Kekayaan Alam

Dari Jogja, Pemuda Aceh Bersolidaritas Lawan Perampok Kekayaan Alam
Dok. KMPAN

Ratusan mahasiswa dan pemuda Aceh yang tergabung dalam Komite Mahasiswa dan Pemuda Aceh Nusantara (KMPAN) turun memenuhi ruas-ruas jalan di Yogyakarta. Bertitik di Bundaran UGM, mereka menggelar aksi solidaritas dalam rangka melawan para perampok kekayaan alam di bumi Aceh.

Aksi solidaritas ini dilaksanakan secara serentak di sejumlah kota di Indonesia, khususnya di wilayah Jawa dan Sumatra, seperti Medan, Bandung, Yogyakarta, dan Malang. Mereka bersama-sama menolak PT EMM dan usaha tambang lainnya yang terindikasi bermasalah.

“Aksi ini merupakan bentuk solidaritas terhadap perjuangan rakyat Aceh dalam menjaga kekayaan alam dari para perampok dan perompak yang selalu siaga untuk menghisap warisan kekayaan alam dari bumi Aceh,” ujar Sekretaris Jenderal KMPAN, Fadhli Espece, melalui keterangan tertulis yang redaksi terima.

Dijelaskan Fadhli, gugatan Walhi di PTUN terkait izin tambang PT EMM adalah sinyal bahwa kondisi agraria Aceh saat ini masih terancam. Ditambah lagi dengan munculnya polemik perusahaan-perusahaan tambang lainnya yang juga penuh masalah.

“Hal ini sama sekali tidak bisa kita biarkan. Kita harus segera bertindak dan tidak boleh tinggal diam,” imbaunya.

Adapun Kementerian ESDM yang notabene pemegang otoritas terhadap pemberian izin eksploitasi pertambangan dan BKPM yang menerbitkan izin usaha pertambangan, lanjut Fahdli, perlu lebih cermat dalam memperhatikan kekhususan Aceh sebagai daerah istimewa.

“MoU Helsinki dan UUPA sebagai ruh dari perdamaian Aceh harus dihormati agar tidak menjadi bumerang yang dapat menimbulkan gejolak di kemudian hari,” kata Fadhli.

Untuk menghindari kejadian-kejadian yang tidak diinginkan ke depan, pihak KMPAN mendesak Kementerian ESDM dan BKPM untuk mencabut dan membatalkan semua izin yang telah dikeluarkan terkait tambang yang bermasalah di Aceh.

“Apa yang terjadi hari ini adalah sedikit dari sekian banyak persoalan yang akan terus muncul akibat belum tuntasnya paket aturan dari UUPA. Ini harus menjadi perhatian kita semua untuk merealisasikan seluruh poin yang telah disepakati dalam MoU Helsinki,” pungkas Fadhli.

“Jika Pemerintah Pusat nekat dengan nafsu menguasai kekayaan Aceh, kami KMPAN yang terdiri dari 11 presidium di seluruh Indonesia siap mengepung Jakarta menuntut pencabutan izin tambang PT yang bermasalah,” desaknya.

Solidaritas IKPMDI Yogyakarta untuk Pemuda Aceh

Sebagai Ketua Umum Ikatan Keluarga Pemuda Daerah Indonesia (IKPMDI) wilayah Yogyakarta, Yahya turut memberi dukungan atas aksi solidaritas para pemuda Aceh ini. Menurutnya, ini adalah bentuk perlawanan paling pas sebagai generasi terdidik.

“Saya dan rekan-rekan Pengurus IKMPDI wilayah Yogyakarta turut mendukung. Derita Aceh adalah derita kita semua. Derita pemuda Aceh adalah adalah bagian dari derita pemuda seluruh Indonesia, derita generasi-generasi terdidik,” ujarnya.

Yahya juga menghendaki bahwa aksi ini harus menjadi babak baru perjuangan para pemuda Aceh. Bahkan semua kalangan mesti bersama-sama mengarahkan “meriam” ini ke pusat, Jakarta.

“Ini demi kepentingan dan keselamatan tanah Aceh di masa mendatang. Membiarkan pihak-pihak tak bertanggung jawab memperkosa kekayaan alam Aceh maupun daerah-daerah Indonesia lainnya, baik secara diam-diam apalagi terang-terangan, adalah bentuk kemunafikan kita sebagai pemuda terpelajar,” tambah Yahya.

Selain itu, mahasiwa asal Polewali Mandar ini turut menyampaikan kecaman IKMPDI terhadap tindakan-tindakan represif oknum aparat keamanan yang menimpa massa aksi di Kantor Gubernur beberapa waktu lalu.

“Dari Yogyakarta, kita harus gaungkan untuk segera mengusut tuntas dan menindak oknum-oknum yang terlibat. Ini mencederai prinsip demokrasi kita yang menjamin kebebasan berekspresi di ruang publik,” pungkas Yahya.