
Nalar Warga – “Saya juga dokter”, kata Hanum binti Amien Rais (Hanum Rais). Dan dengan kalimat itu, ia menegaskan keahliannya—sesuai profesi—untuk membenarkan bahwa Ratna Sarumpaet telah disiksa; parasnya yang membawa bekas bukan karena operasi plastik.
Kemudian diketahui, dan diakui Ratna Sarumpaet sendiri, bahwa penyiksaan itu tak pernah terjadi. Ratna mengaku berbohong: sebenarnya ia menjalani operasi plastik.
Bagaimana kini dokter Hanum Rais mempertanggungjawabkan kesimpulannya yang sama sekali salah?
Dia kemudian memberi kesan, ia telah diperdaya Ratna. Tapi bukankah ia semula begitu yakin,bahwa keahliannya sebagai dokter bisa membuktikan Ratna disiksa?
Bahwa ia ternyata salah, menunjukkan bahwa ia dokter yang tak jujur, atau ia dokter yang tak memenuhi syarat profesional.
Pertanyaannya: mengapa ia begitu yakin hingga mempertaruhkan keahliannya?
Dugaan saya: ia antusias sekali menemukan satu senjata untuk memukul lawan politiknya. Begitu antusias, hingga ia tak menggunakan prosedur profesinya dengan serius.
Begitulah: ketika pertimbangan politik menentukan semuanya, kebenaran ilmiah dianggap bukan nomor satu. PKI dulu bersemboyan, “Politik Sebagai Panglima”. Itu yang terjadi dengan kasus ini.
Menyedihkan sebenarnya. Kita kehilangan dorongan ke kebenaran.
- Mungkinkah Gerindra Akan Menggeser Posisi PDIP? - 29 September 2023
- Murid Budiman - 1 September 2023
- Budiman Sudjatmiko, Dia Pasti Adalah Siapa-Siapa - 30 Agustus 2023