
Apabila kita membahas ilmu ekonomi, maka kita tidak asing lagi dengan istilah ekonometrika—kita dapat mendefinisikan ekonometrika sebagai suatu ilmu terapan yang lahir dari kombinasi ilmu ekonomi, statistika, matematika ke dalam sistem analisis yang komprehensif. Pada dasarnya ekonometrika berupaya untuk membentuk atau membahas fenomena perekonomian yang bersifat kualitatif menjadi kuantitatif.
Berdasarkan pada prinsip ekonometrika, kita harus melaksanakan beberapa pendekatan yang akan mengukur beberapa variabel yang tidak dapat kita lepaskan dari manusia sebagai objek penelitian. Manusia sebagai makhluk ekonomi merupakan hal mutlak yang tidak dapat tidak akan berinteraksi dengan modus produksi, distribusi, dan konsumsi—faktor interaksi sosial merupakan salah satu aspek yang akan memengaruhi hasil dari analisis ekonometrika.
Untuk mendapatkan hasil yang cukup akurat, ekonometrika menggunakan metode regresi yang akan berguna untuk memberikan estimasi hubungan antara suatu variabel yang saling berkaitan dengan satu variabel independen atau lebih. Misalnya, komoditas A yang menjadi salah satu variabel di ekonometrika akan menampilkan suatu unsur “sebab-akibat” yang akan menampilkan dampak yang akan kita terima. Akan tetapi, kita tidak akan melakukan analisis kuantitatif pada pembahasan kali ini.
Saat ini kita akan melihat secara garis besar bagaimana ekonometrika pada motif negatif dari motif konsumsi manusia modern. Modernisme saat ini berhadapan dengan counter-attack yang menjelma di dalam Posmodernisme, tetapi counter-attack yang terjadi tidak secara mutlak memberikan kritik kepada modernisme. Beberapa di antaranya (para pemikir posmodernisme) menghasilkan suatu analisis perbaikan atau evaluasi konstruktif terhadap modernisme.
Ekonometrika dan motif konsumsi merupakan dua hal yang akan memberikan pengaruh secara simultan bagi analisis atau kesimpulan akhir dari suatu penelitian. Motif konsumsi yang menjadi ciri khas manusia di setiap peradabannya akan memberikan dampak secara langsung pada aspek kolektif atau individu.
Ketika kita berbicara pengaruh konsumsi dalam aspek individu—pada dasarnya akan menimbulkan kerusakan awal bagi suatu komunitas tertentu dan akan berdampak secara langsung pada aspek kolektif. Suatu kelompok yang sudah terkonstruksi oleh motif ekonomi yang kurang baik akan menghasilkan kelompok yang mudah terjebak di dalam lingkaran konsumerisme.
Misalnya, Ahmad memiliki keinginan untuk membeli jam tangan baru di suatu marketplace, untuk beberapa saat ia melakukan pencarian untuk jenis jam tangan yang ia inginkan. Tidak membutuhkan waktu yang lama bagi Ahmad untuk menemukan jam tangan yang ingin ia beli. Akan tetapi, Ahmad tidak langsung membeli barang tersebut, ia terlebih dahulu memasukkan barang tersebut ke dalam keranjang virtual yang terdapat di marketplace dengan tujuan ketika ia telah siap untuk membeli barang tersebut, ia akan dengan mudah menemukannya.
Tidak berselang lama, Ahmad menutup platform marketplace tersebut dan melanjutkan aktivitasnya—apabila kita mengimplementasikan ekonometrika pada perilaku konsumsi Ahmad—merujuk pada definisi umum dari ekonometrika yang merupakan upaya konversi fenomena kualitatif menjadi kuantitatif, maka kita akan menemukan perilaku Ahmad telah berubah menjadi angka digital di dalam arus informasi di marketplace tersebut.
Baca juga:
- Nalar Neoliberal dan Ekonomisasi Politik
- Kisah Tragis dan Ratusan CPNS Mundur, Tergodakah “Kecabulan Ekonomi?”
Angka penjualan non-realisasi atau estimasi penjualan dari jam tangan yang ingin Ahmad beli akan meningkat sebanyak satu unit. Angka ini tidak dapat kita jadikan ukuran pasti sebagai bentuk keuntungan atau kuantitas realisasi. Apabila Ahmad melakukan pembelian atau pembayaran atas jam tangan tersebut, maka ia akan akan terealisasi sebagai kuantitas yang berhasil terjual, vice versa.
Negativitas motif konsumsi manusia akan timbul ketika ia tidak mampu menerapkan prinsip kebutuhan dasar dan hal ini merupakan hasil dari distibusi iklan dan algoritma yang mengambil riwayat pencarian kita di marketplace sehingga menyebabkan seseorang merasa membutuhkan barang yang ia inginkan.
Tidak jarang, beberapa di antaranya akan disertai oleh diskon sebagai modus penjualan yang akan sangat ditekankan. Pada tahapan ini, seseorang akan terstigmatisasi bahwa apabila ia melewatkan diskon tersebut ia akan merasa rugi, namun apakah kita memikirkan bahwa kita telah mengubah keinginan yang tidak urgen menjadi suatu kebutuhan yang tidak berdasar.
Ahmad mungkin tidak memerlukan jam tersebut dalam waktu yang dekat, ia telah memiliki handphone yang juga menampilkan jam dan lingkungan di sekitarnya juga memiliki jam dinding yang dapat ia lihat dengan mudah.
Dampak Ekonometrika pada Pasar
Ketika pembelian terjadi, maka ekonometrika yang diterapkan oleh suatu perusahaan untuk menghitung efektivitas dan perkembangan penjualan akan mencatatkan unit baru yang telah berhasil dijual pada periode tertentu. Hasil dari analisis ekonometrika akan digunakan untuk optimaliasi penjualan dan operasional pemasaran agar komoditas mereka terjual secara luas dan laku keras.
Lantas benang merah apa yang dapat kita tarik dari hubungan ekonometrika dan motif ekonomi yang tidak baik di dalam masyarakat? Tentu saja, dari kedua hubungan tersebut akan menghasilkan ouroboros konsumsi atau lingkaran ekonomi tak-putus dalam lingkaran.
Memang betul bahwa perekonomian tidak boleh berhenti dan tidak dapat berhenti selama manusia masih hidup. Akan tetapi, kita perlu memperhatikan, bahwa di dalam lingkaran ekonomi tak-putus tersebut timbul motif konstruksi distribusi komoditas dan destruksi keuangan individual.
Fenomena konsumsi yang diubah ke dalam analisis kuantitatif berdasarkan aktivitas pembelian atau penandaan oleh seseorang akan memberikan dampak optimalisasi atau stimulus melalui media sosial dan dampak dari kecanduan perilaku hedonistik akan menciptakan destruksi keuangan atau menyebabkan ketergantungan seseorang pada kredit.
Halaman selanjutnya >>>
- Apa yang Kita Peroleh setelah Membaca Pengantar Ekonomi Marxisme? - 18 Agustus 2023
- Psiko-Genetik Harapan dalam Kapitalisme - 6 Mei 2023
- Ludwig Feuerbach: Proyeksi Ketuhanan dan Penderitaan - 13 Maret 2023