Generasi Milenial, Generasi Melek Internet

Generasi Milenial, Generasi Melek Internet
©ETR

Dunia birokrasi, perbisnisan, dan kepemimpinan sekarang sangat membutuhkan generasi milenial yang melek internet.

Dunia tempat manusia berpijak makin hari makin berubah seturut tuntutan zaman. Ini berdasarkan fakta yang riil. Perubahan demikian menjadi tataran yang perlu untuk dikaji dalam lingkup keduniaan birokrasi, bisnis, dan kepemimpinan. Lokus dan fokus utamanya menargetkan generasi milenial untuk berinteraksi positif dengan kehadiran internet.

Internet memberi gambaran bagaimana generasi milenial menjadi agen yang kreatif dalam menemukan berbagai macam pluralitas kehidupan di zaman yang baru sehingga dapat menjadi birokrat, pebisnis, dan pemimpin yang ideal.

Untuk itu, di dalam tulisan saya ini, saya men-suport beberapa target utama generasi milenial menjadikan internet sebagai ladang untuk menumbuh-kembangkan berbagai keuntungan dalam meraih masa depan yang autentik. Pijakan utamanya adalah kesadaran dari dalam diri untuk mengikuti arus zaman dan perlu adanya inovasi yang matang. Kematangan inovasi akan mendapat legalitas yang ideal dalam berinternet.

Pertanyaannya; apakah generasi milenial sudah menjadi bagian dari dunia internet atau masih dalam tahap menuju atau masih ketinggalan dengan dunia internet?

Generasi Milenial dalam Bingkai Perekrutan Identitas

Milenial sering disebut generasi yang menyukai kebebasan dan fleksibilitas seperti kebebasan bekerja, belajar, dan berbisnis. Generasi milenial yang juga punya nama lain generasi Y ialah kelompok manusia yang lahir di atas 1980-1997.

Karl Mannhein (1923) mengatakan bahwa generasi milenial disebut generasi milenial karena generasi yang melewati milenium kedua sejak teori generasi milenial dicetuskannya. Hal ini mau mengatakan bahwa generasi milenial adalah generasi yang lebih terobsesi dalam dunia internet bukan masih terbingkai dalam melek berinternet. Pola pikir dan kinerja pun berubah, semuanya di bawah kendali internet dan manusia menjadi agen yang mengoperasikannya sehingga dapat tepat sasaran yang diinginkan khalayak.

Sebelumnya, identitas menjadi tanda yang paten dalam mengoperasikan internet. Melalui identitas yang jelas akan menghadirkan dunia kepribadian yang berorientasi jelas sebagai generasi milenial. Generasi yang mampu mengendalikan identitas diri di tengah pradaban zaman.

Generasi milenial bukan menjadi agen penjualan identitas yang menghancurkan sekaligus menyeleweng kepribadian diri sendiri atau mengadopsi indentitas khalayak untuk menjadi agen dalam pelancaran berinternet. Logisnya menghadirkan sekaligus menjadi diri sendiri sebagai perwakilan diri dalam penempatan diri.

Hal utama yang harus digenggam adalah memperlancarkan dunia birokrasi, perbisnisan, dan kepemimpinan sehingga dapat mendatangkan nilai keuntungan dalam kehidupan bersama. Secara fakta bahwa dunia birokrasi, perbisnisan, dan kepemimpinan sekarang sangat membutuhkan generasi milenial yang melek internet.

Generasi Milenial, Apakah sudah Melek Internet atau Belum?

Pertama, dunia birokasi. Muhamad Hanan Rahmadi dalam opininya di koran Media Indonesia, 11 September 2021, mengatakan bahwa dalam dunia birokrasi, seorang birokrat harus menguasai internet terutama dalam mengoperasikannya. Tentunya ini memungkinkan adanya perlancaran dalam dunia birokrasi terutama di instansi pemerintah.

Ini sering dikatakan, sebagai reformasi, birokrasi harus terus disuarakan dan implementasikan secara cepat dan masif pada jajaran birokrasi di pusat dan daerah. Hal ini berarti seorang birokrat yang melangsungkan birokrasi harus melek internet dan menkalkulasikan penargetan dalam dunia perencanaan sekaligus pencapaiaan sasaran yang ideal.

Baca juga:

Kedua, dunia perbisnisan, dibutuhkan pribadi-pribadi yang melek internet dan sudah matang dalam dunia berinternet. Faktanya bahwa segala sesuatu selalu berkaitan dengan internet. Internet menjadi bagian dari hidup manusia. Lebih praktisnya generasi milenial atau lebih sering disebut era 4.0.

Tentunya di era 4.0, hidup manusia di bawah naungan internet. Internet menjadi ladang untuk mencari hidup dengan cara yang praktis sehingga netizen yang mau butuhkan barang dapat dengan cepat dan tepat dalam mendapatkan barang yang diinginkannya. Maka, terjadi kolaborasi yang merekrut adanya saling melengkapi dan saling memberi dukungan dalam dunia perbisnisan. Hal ini dapat membawa pebisnis dalam mencapai keuntungan dan kesejahteraan netizen.

Ketiga, dunia kepemimpinan juga membutuhkan pemimpin yang melek dalam mengoperasikan internet. Muhamad Hanan Rahmadi dalam opininya, mengatakan bahwa  berdasarkan fakta, gaya kepemimpinan yang dikenal masyarakat antara lain gaya karismatik yang memicu pengikutnya dengan memperlihatan kemampuan heroik atau luar biasa (Robbins, 2006).

Satu lagi menurut Robbins, gaya kepemimpinan yang juga populer ialah visioner, yakni gaya kepemimpinan yang mampu mengartikulasikan visi realitas, kredibel, dan menarik mengenai masa depan organisasi yang tengah tumbuh dan membaik daripada saat ini. Perkataan Robbins ini tengah memperkenalkan kepada generasi milenial sebagai pemimpin yang terpilih dapat beradaptasi dengan lingkungan dunia internet.

Bagi Robbins, menjadi target utamanya menghadirkan identitas diri yang berkarakteristik berani untuk berinovasi dalam menargetkan visi yang dibangunnya. Menjadi loyalitasnya adalah memimpin dalam bingkai kuasa internet tetapi tidak mendatangkan segala macam percekcokan atau pembatalan kinerja dalam membangun kehidupan masyarakat.

Ada “Terang” di Balik Dunia Internet

Dalam berbagai pandang bahwa internet itu malah merusakkan atau memutuskan hubungan antara birokrat terutama dalam birokrasi, pebisnis dalam berbisnis, pemimpin dalam kepemimpiannya. Pandangan ini tentunya dilihat dari kegagalan sementara. Manusia hidup di dunia ini tentunya kegagalan merupakan bagian dari hidup tidak dapat dihindari. Kegagalan seolah-olah mengantar manusia untuk semakin matang dan efisien dalam meraih kesuksesan.

Dalam dunia internet, terutama dalam pengoperasiaanya, menjadi tanda awal adalah kegagalan, karena butuh untuk belajar dan berjuang. Sebagai generasi milenial, kegagalan bukan menjadi hantu yang menakutkan tetapi menjadi hantu yang mampu dijinakkan demi meraih impian. Generasi milenial harus tegas dan berjuang untuk terus belajar dan memperdalam materi atau bahan yang berkaitan dengan pengoperasiaan dunia internet. Perjuangan dengan gigi akan melahirkan generasi yang memiliki titik terang dalam menggunakan internet.

Untuk itu, mari, sebagai generasi milenial, kita membangun dasar yang kuat dan kokoh dalam diri kita untuk menggunakan internet yang bijak. Kita berani dan tanggung jawab dalam mempolarisasikan identitas diri kita dengan dunia internet agar bisa mendapat titik terang yang baik. Semuanya ini demi kepentingan diri sendiri, bangsa dan tanah air. Kita menjadi generasi yang mampu membawa negara pada titik terang yang berpedoman pada nilai kemanusiaan yang adil dan beradab serta menciptakan iklim yang harmonis.

Pada dasarnya hidup adalah sebuah proses, dan proses itu membutuhkan langkah-langkah yang pasti. Kepastiannya teletak pada penempatan diri dalam dunia internet. Generasi milenial harus lebih tegas dengan diri untuk belajar mengoperasikan internet yang bijak. Dunia kita sekarang sudah berubah dan kita juga harus menyesuaikan diri. Kita menempatkan diri sebagai generasi yang mampu mengoperasikan internet dengan bijak, inovatif, dan kreatif.

Baca juga:
Epi Muda
Latest posts by Epi Muda (see all)