
Generasi milenial di Indonesia adalah pemakai media sosial yang fanatik dan kehidupannya sangat terpengaruh dengan perkembangan teknologi.
Indonesia saat ini sedang memasuki fenomena bonus demografi, kondisi di mana populasi usia produktif lebih banyak dari pada usia non-produktif. Dan ada prediksi akan mengalami puncak bonus demografi pada 2030 mendatang.
Bonus demografi merupakan suatu istilah mengacu kepada adanya ledakan populasi manusia yang berada pada umur produktif kerja, yaitu 15-64 tahun di suatu negara (Gribble dan Bremner, 2012 dalam Hayes, 2015). Fenomena bonus demografi ini sebagai pedang bermata dua.
Karena, di satu sisi, dengan meledaknya jumlah manusia di usia produktif kerja, maka akan mempercepat roda produksi. Ini kemudian akan berdampak pada percepatan pertumbuhan ekonomi.
Dan, di sisi lain, apabila negara tidak melakukan investasi pada sumber daya manusia (human capital investment), maka yang mungkin akan terjadi adalah meledaknya angka pengangguran. Lapangan kerja jadi terbatas dan meningkatnya persaingan antarpencari kerja.
Jika negara tidak mengantisipasi fenomena bonus demografi tersebut, maka bonus demografi akan berubah menjadi gelombang pengangguran massal. Hal ini akan makin menambah beban anggaran negara.
Populasi usia produktif yang saya maksud di sini adalah Generasi Milenial. Pada era modern ini, mereka—atau yang sering orang katakan sebagai “Kids Zaman Now”—banyak jadi bahan perbincangan oleh berbagai kalangan di media-media sosial ataupun di acara TV Nasional.
Mulai dari seorang mahasiswa Universitas Indonesia yang dengan berani memberikan sebuah kartu kuning bertanda peringatan kepada Presiden. Karena menganggap belum sepenuhnya menyelesaikan tugas negara, sementara masa jabatannya tinggal beberapa tahun lagi.
Juga, munculnya sebuah partai politik baru dari kalangan muda yang mempunyai cita-cita besar untuk memperbaiki sistem perpolitikan di Indonesia. Partai yang tidak segan dalam mengkritisi politisi korup membuat perpolitikan di Indonesia makin berwarna. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian dari generasi milenial memiliki pandangan yang lebih terbuka perihal isu-isu ekonomi, sosial, dan politik.
Baca juga:
Generasi milenial di Indonesia adalah pemakai media sosial yang fanatik dan kehidupannya sangat terpengaruh dengan perkembangan teknologi. Karena di hampir setiap provinsi, aktivitas sosial mereka sangat terbuka dan responsif dengan perkembangan politik dan ekonomi daerahnya. Hal ini tentunya berakibat pada sikap mereka yang juga sangat aktif terhadap perubahan lingkungan yang terjadi di sekelilingnya.
Oleh karena itu, menurut Tapscott (2013), kesadaran modernitas generasi milenial atas nasionalisme tidak lagi bersifat historis, melainkan sangat fungsional. Contohnya saja, di Tiongkok, Jhosua Wong yang pada saat itu masih berumur 17 tahun berhasil memobilisasi 120.000 orang yang menentang kurikulum berbau komunis.
Di Timur Tengah, kericuhan yang muncul di Arab Spring berasal dari mobilitas melalui Facebook oleh para pemuda. Di Amerika, keberhasilan Barrack Obama dalam pemilu presiden saat itu memperoleh 66 persen suara yang langsung dari generasi muda.
Sementara di Jakarta, Teman Ahok adalah sebuah fenomena besar yang para generasi milenial lakukan untuk mengusung demokrasi berbasis media dan komunitas online dengan memanfaatkan keleluasan informasi dan teknologi. Hal ini membuktikan bahwa generasi milenial mampu memberikan kontribusi kreatif untuk mendukung nilai-nilai kreatif dalam pelaksanaan pesta politik daerah tahun 2017 lalu.
Generasi milenial yang tergabung dalam Teman Ahok melakukan kampanye dengan cara mengumpulkan KTP sebanyak mungkin sebagai syarat pencalolan independen yang akan Ahok lakukan. Mereka juga melakukan kampanye dengan metode door to door atau kanvasing, baik di putaran pertama ataupun di putaran kedua pemilu.
Gerakan kerelawanan seperti ini menjadi legitimasi bahwa generasi milenial bukanlah generasi yang manja, malas-malasan, tidak peka terhadap lingkungan sosial, bahkan buta politik. Melainkan, generasi inilah yang membawa warna baru dalam perpolitikan di Indonesia. Mereka kreatif, inovatif, peka terhadap kondisi sosial, juga melek politik.
Dalam perspektif komunikasi politik, apa yang generasi milenial lakukan dengan menggagas gerakan kerelawanan merupakan indikasi kesiapan mereka sebagai aktor politik. Wujud aktor politik tersebut sebagai aktivis, yang menjembatani kepentingan masyarakat dengan kandidat yang mereka usung. Mereka menggunakan jaringan komunikasi melalui media digital untuk merebut konsituen sebanyak-banyaknya.
Sosok anak muda yang menjadi salah satu panutan generasi milenial yang melek politik, yaitu Tsamara Amany. Tidak hanya parasnya yang cantik, ia juga memiliki kecerdasan yang mumpuni untuk terjun ke dunia politik.
Baca juga:
- Generasi Milenial Paling Benci Ketidaktulusan dan Omong Kosong
- Tren Digital dan Posisi Generasi Milenial
Di usianya yang masih sangat muda, ia sudah menduduki jabatan sebagai ketua DPP Partai Solidaritas Indonesia divisi Eksternal. Dalam aktivitas politiknya, ia sering mengampanyekan gerakan antikorupsi kepada generasi milenial untuk kemudian bersama-sama melawan praktik-praktik korupsi yang tengah menjangkiti para birokrasi, entah di ranah eksekutif, legislatif, maupun yudikatif.
Tidak hanya sampai di situ, untuk menyadarkan generasi milenial dalam hal pentingnya berpolitik, khususnya bagi perempuan, Tsamara mendirikan LSM Politik Perempuan. Dengan adanya usaha yang Tsamara Amany lakukan juga Relawan Politik yang sebagian Besar berisi anak-anak muda dalam memperbaiki sistem perpolitikan di Indonesia merepresentasikan bahwa generasi milenial tidak kalah pentingnya dalam proses membangun bangsa Indonesia.
Peran aktif generasi milenial dapat kita wujudkan dengan membangkitkan sikap kritis terhadap kebijakan dari suatu pemerintahan. Juga dapat berperan aktif sebagai agen perubahan dengan cara meraih pendidikan politik dan demokratisasi. Agar menjadi agen yang lebih inovatif, membawa perubahan yang lebih besar, dan memberi manfaat yang banyak bagi masyarakat dan negara.
- Menuju Generasi Emas - 1 Mei 2019
- Kapital - 3 September 2018
- Aku Rindu - 6 Juni 2018