Erica Dhawan menegaskan, “Menggunakan bahasa yang tepat bukan hanya membawa cahaya terang ke dalam komunikasi yang suram, Anda juga memberi contoh yang baik tentang cara memberi tanggapan yang benar.”6
Referensi yang mesti diterangkan yaitu subjek karena subjeklah yang mengatifkan program kerja teknologi. Bahasa tubuh digital berada di luar kaidah akademis lingustik, tidak terikat sintaksis dan semantik, maka subjek mesti belajar mengucapkan tanda-tanda digital secara tepat.
Dengan demikian, logika bahasa mesin cerdas dapat memberikan rangsangan berpikir untuk membangun kontak pengertian dan ruang komunikasi yang egaliter antarmanusia yang sedang berada dalam jaringan.
Emoji – Citraan Jujur dari Wajah?
Menurut Erica Dhawan, emoji adalah miniatur wajah yang didesain untuk menirukan berbagai ungkapan emosi manusia.7 Ada representasi digital dari mekar bahasa wajah seorang manusia.
Kekayaan ekspresi dari syaraf-syaraf di seputar wajah digantikan dengan begitu lumrah oleh gambar-gambar dan simbol-simbol, emoji dan emoticon. Perubahan yang terlalu signifikan dengan daya reduksi yang eksplosif. Kritisisme filsafat mesti membacanya sebagai tema penting hari ini.
Wajah manusia adalah permukaan segenap emosi, tempat semua ekspresi tampil terbuka. Mata yang bening memantulkan rahasia lubuk hati. Bibir adalah medan subur segenap senyum menumbuhkan citra sosialnya. Mereka tak pernah tergantikan, bahkan oleh bahasa puisi sekali pun.
Wajah tetaplah wajah, ia terbuka tetapi rahasia, ia menyingkapkan tetap tidak seluruhnya dimengerti. Darinya pengalaman eksistensial manusia disapa. Wajah manusia adalah bahasa kehidupan yang menampilan seluruh kompelsitas pengalaman ada. Apakah sebuah emoji dapat mewakilinya?
Ia tentu berpengaruh. Erica Dahwan menulis, “Emoji yang nampaknya sederhana itu ternyata memberi tekstur dan konteks ke dalam komunikasi digital yang datar.”8 Namun demikian, ia hanyalah tanda digital yang memudahkan penyampain pesan, dan sedikit kemungkinan menyentuh emosi sosial.
Baca juga:
Sensasi membaca gambar berbeda dengan perjumpaan langsung di hadapan ekspresi konkret. Karena itu, rasa-rasanya kurang terlalu tepat jika menyampaikan kabar turut berdukacita dengan emoji. Perasaan duka dari panorama psikologis yang amat dalam menyentuh lubuk hati, begitu cepat dan santai disampaikan dengan klik emoji-emoji.
Rutinitas ini bisa memengaruhi kepekaan sosial kita. Jika terus gandrung dengan emoji, kita mungkin saja perlahan-lahan tidak tahu lagi menyapa sesama kita dengan penuh empati.
Bahasa tubuh digital hendaknya dipakai pada suatu konteks yang masih bisa diterima ukuran representasionalnya. Dengan ini pergaulan digital dapat menyentuh pikiran dan hati banyak orang untuk berbagi bahasa menyumbang cerita tentang hidup yang tidak hanya ada di dalam jaringan (online), tetapi juga di luar jaringan (offline).
Catatan Kaki:
1Uraian yang lebih lengkap tentang empat prinsip itu dapat dibaca di halaman 91-171. Erica Dhawan menulis buku ini dari pengalamannya. Di halaman 91-171 Erica memberikan lampiran yang memuat panduan untuk mengerti dan mempraktikkan bahasa tubuh digital (Digital Body Language Style Guide, Digital Styles Team Exercise, Getting To Trust Totally, Trust Totally Quis, Wht Your Colleagues Can Tell You About Your Digital Body). Jika ingin belajar lebih dalam dapat mengakses situs web Erica sendiri: ericadhawn.com/digitalbodylnguage. Bdk., Erica Dhawan, Bahasa Tubuh Digital: Bagaimana Membangun Kepercayaan dan Keterhubungan,Meski Jarak Memisahkan, penerj. Arif Subiyanto & Siti Aisyah (Tangerang Selatan: Baca, 2021), hlm. 6.
2Ibid., hlm. 14-22.
3Ibid., hlm. 11.
4Ibid., hlm. 10.
5Ibid., hlm. 11-12.
6Ibid., hlm. 33.
7Ibid., hlm. 70.
8Ibid.
- Stadion Kanjuruhan, Colesseum-nya Indonesia - 10 Oktober 2022
- Ulang Tahun Seorang Perempuan - 4 Oktober 2022
- Kesetaraan Keakraban - 2 Oktober 2022