
Saya suka GMKI, terutama namanya. GMKI kependekan dari Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia.
Kata “Gerakan” menunjuk pada sesuatu yang dinamis. Gerak maju ke depan. Tidak statis. Apalagi stuck! Maju ke depan bukan berarti membuang tradisi yang di belakang. Tradisi masa lalu dihormati, tetapi tidak disakralkan. Yang belakang punya sejarahnya sendiri. Yang di depan ada keunikannya. Butuh respons berbeda.
Itulah sebabnya, dalam setiap gerakan selalu terjadi proses dialektika, refleksi kritis bolak-balik antara yang di belakang dan di depan. Antara kesetiaan pada Tuhan dan konteks baru pada zamannya.
Kata ‘Mahasiswa’ pada GMKI menunjuk pada elan GMKI untuk menimba ilmu. Otak harus encer. Dalam dunia masa kini, mereka yang cerdas berpeluang ‘survive’ dalam panggung kehidupan. Yang bodoh termarjinalkan. Jadi beban!
Di tengah perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tanpa jeda, hanya kecerdasan yang menyelamatkan dirinya dan bangsanya. Menggali dan mempertajam kecerdasan adalah tradisinya. Fundamentalisme agama yang anti-rasio dan anti-ilmu pengetahuan bukanlah spiritnya.
Kata “Kristen” pada GMKI menunjuk pada nilai dasar GMKI. Fondasinya adalah Yesus Kristus. Ketaatannya pada Allah dalam Yesus Kristus memungkinkan ia mengkritisi kemajuan ilmu pengetahuan, dan mengkritisi kekuasaan, pangkat, jabatan, dan kekayaan yang digunakan untuk mendominasi dan melakukan hegemoni bagi siapa pun.
Semangat GMKI adalah memberitakan dan mewujudkan Injil Kerajaan Allah yang berisi keadilan, perdamaian, dan cinta bagi sesama dan bagi alam raya ini. Tentu saja melalui berbagai profesi dan jabatan publik apa pun, di mana pun yang Tuhan percayakan.
Kata “Indonesia” pada GMKI menunjuk pada identitas. Indonesia bukan lokasi. Oleh karena itu namanya bukan Gerakan Mahasiswa Kristen (di) Indonesia. Namanya Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia karena, sekali lagi, Indonesia adalah identitas. Ia merangkul ke-Indonesia-an. Ia sadar bahwa ia ada di dalam rahim ‘Ibu Pertiwi’ dan meresapi tangisan kekhawatiran serta pengharapannya.
Bandingkan dengan PGI, Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia. Adanya sisipan ‘di’ menempatkan Indonesia sekadar sebagai lokasi. Efeknya, banyak gereja tergoda untuk berpikir lebih institusionalistik dan primordialistik etnik dan agama. Kurang meng-Indonesia. Bahkan tidak punya beban dan panggilan dalam ke-Indonesia-an.
Kata ‘Indonesia’ pada GMKI membuat ia bukan organisasi primordialistik, baik etnik atau agama. Ia bukan organisasi yang hadir demi kepentingan kelompok apa pun. Ia sadar pada keragaman Indonesia. Ia memperjuangkan masyarakat egaliter dan komplementer atas dasar saling percaya demi memperkaya ke-Indonesia-an.
Berdasarkan nilai-nilai Kristiani, GMKI diutusNya untuk menjadi pelayan keadilan dan perdamaian bagi bangsanya, bangsa Indonesia.
*Tulisan tahun 2016 didaur ulang
- Cuitan Ferdinand Hutahaean - 12 Januari 2022
- STFT Jakarta, Kampus Bidah! - 29 September 2021
- Masihkah Kita on the Right Track? - 24 September 2021