Hadji Murat, Karya Terakhir Leo Tolstoy

Hadji Murat, Karya Terakhir Leo Tolstoy
Foto: Bukalapak

Dia seorang panglima yang sangat disegani oleh orang-orang Tsar (Rusia). Meski tubuhnya kecil dan pendek, serta kakinya pendek sebelah karena patah, Hadji Murat lihai bertarung, baik duel maupun secara peperangan.

Dia pun pandai membaca tipu muslihat lawan-lawannya. Karena itu, dia melarikan diri dari rajanya yang penuh muslihat, Imam Ismail. Hadji Murat lalu menyeberang ke pihak musuh sengit Kerajaan Islam di pegunungan Kaukasus waktu itu, yakni bangsa Rusia yang Kristen Ortodoks.

Perintah untuk membunuhnya, oleh Shamil, membuatnya membangun konsolidasi dengan bangsa Rusia yang tak lain adalah musuh besarnya sendiri. Hal itu dilakukannya lantaran ingin menyelamatkan diri dari maut yang kian mengintai.

Shamil memerintahkan seluruh penduduk menangkapnya hidup ataupun dalam keadaan mati. Dan bangsa Rusia menyambut dengan ramah dan gembira kedatangannya sebagai penyerahan dirinya terhadap Tsar Rusia.

Hadji Murat seorang muslim yang amat taat. Alkohol dan pesta, sebagaimana kerap menghiasi upacara-upacara perayaan oleh orang-orang Rusia, tidak disenangi bagi dia. Ia hanya menginginkan tempat sunyi di mana ia banyak gunakan untuk merenung dan salat.

Dia pun seorang pemilik keterampilan luar biasa menunggang kuda dengan bedil atau pedang di satu tangannya. Hal itu kerap dipertontonkannya hingga musuhnya segan sekaligus kagum.

Karena cinta dan sayang akan keluarganya yang sedang tertawan, maka dirinya menyiasati penyerangan terhadap Shamil. Harapannya bahwa orang-orang Rusia mau membantunya merebut kembali keluarganya. Hadji Murat sering meminta melalui penerjemah agar Komandan Resimen, Vorontsov, merealisasikan keinginannya itu.

Namun entah sebab apa Komandan Vorontsov tak pernah mewujudkan keinginan dan kepentingannya. Padahal dia sudah sumpah akan mengabdikan diri sepenuhnya kepada Rusia. Hingga akhirnya Hadji Murat berpikir keras tanpa tidur merancang strategi pembebasan keluarganya yang diancam akan segera dibunuh apabila ia tidak menyerahkan diri kepada Shamil.

Ia lalu memutuskan untuk membebaskan keluarganya seorang diri. Lima pengikutnya bersedia mengikutinya untuk membantu. Mereka telah setia menjadi abdi Hadji Murat sejak melarikan diri dari Shamil. Mereka ialah Eldar, Khan Magoma, Kurban, Khanefi, dan Gamzalo.

Untuk melakukannya, tentu saja harus dengan melarikan diri dari pihak Rusia yang tak kunjung mewujudkan permohonannya. Dan itu dilakukannya secara diam-diam agar tak terkejar. Namun niatnya diketahui oleh serdadu Cossack yang ditugasi untuk mengawalnya. Hadji Murat hanya diizinkan berkuda sepanjang 2 km dari benteng.

Akan tetapi, Hadji Murat nekat. Beberapa serdadu Cossack yang mengawal dan mengontrolnya dari kemungkinan pelarian dirinya terbunuh oleh pedang serta bedil Hadji Murat bersama pengikutnya. Namun seorang dari serdadu Cossack berhasil melarikan diri ke benteng dan melaporkan perihal larinya Hadji Murat.

Merasakan secara batin bahwa langkahnya bakal segera terhenti oleh prajurit-prajurit Rusia, dia bersembahyang untuk yang terakhir kali dalam hidupnya. Di juga merasakan kedekatan waktu kematiannya.

Selama dua hari dua malam, dia bersembunyi di semak-semak setelah melalui sawah berlumpur. Bersama-sama dengan pengikutnya, dia menggali tanah, membuat parit untuk membangun pertahanan. Dan banyak musuh berguguran dibuatnya dengan menembak sesekali dari bawah parit.

Kepalanya terpenggal oleh pedang Hadji Aga, sahabatnya sendiri semasa tinggal di pegunungan Kaukasus. Hadji Aga yang memiliki dua ratus pasukan telah bergabung bersama orang-orang Rusia.

*Leo Tolstoy terpikat sejenis bunga semak berduri berwarna merah darah, semak kembang Tatar. Menurut keyakinan petani Rusia, kembang tersebut pamali ditebas. Jika sampai tertebas, mesti segera membuangnya supaya tidak tertusuk. Kembang itulah yang menginspirasi Tolstoy menulis Hadji Murat.

___________________

Artikel Terkait:
Muh Najib