Hawa Penjajah Makam
Semoga, lipstikmu tak jadi luntur aroma keringat,
bukankah, bedakmu menghitung keringat tubuhmu?
“Tuhan mengizinkan aku menjajahnya”
Aku ragu, “Tuhan tidak pernah memberi harga padamu”
Mungkin, kuiyakan jika “Tuhan menjaga harga dari segalanya tentangmu”
Aku harap kau tidak lupa, untuk melupakan (tuhan)
Kota Maumere, 2019
Adam Si Malang(an) Malam
Aku pernah berbicara dengan penjaga malam,
“mengapa Tuhan memberimu kemalangan”
Jawabnya, “tanyakan saja pada Tuhan”
Sepertinya, kita pernah berjumpa. Bukankah kau si malang(an) malam itu?
Ternyata kita pernah berjumpa di remah-remah nasi bungkus,
Waktu itu, aku melihat mata kita saling mengais tong-tong sampah.
Kita jadi sama, sama-sama jadi pengemis.
Pinggiran kota, 2019
Rest in Peace
Aku pungut remah-remah malam dari kisah yang kau buang di emperan-emperan embun di atas rerumputan yang kedinginan.
Selamat tinggal tuhan-ku, sampai jumpa di lain waktu.
2018
Handphone
Ketika suaranya berbenturan dalam dering,
Aku semogakan, ia tetap di sini, cukup kau katakan, “suaranya tersengal tanpa jangkauan”
Mohon maaf, kita salah sambung
Aku ingat nada deringku tak “diam”, saat itu kau sedang dialihkan oleh perjumpaan mimpi basahmu di atas kasur
Maaf sebenarnya handphoneku lowbet
2019
- Panggung Mati - 22 April 2020
- Wilhelmina - 23 Januari 2020
- Per Mariam Ad Jesum - 17 Desember 2019