HTI dan PKI

HTI dan PKI
©Net

HTI dan PKI memiliki persamaan pada tataran yang sangat vital. Keduanya sama-sama dapat mematikan seketika.

Tepat di bulan ini, adalah peristiwa sejarah berlapis. Lapis pertama telah dengan seksama kita saksikan, baca, dan dengarkan, yakni absennya kemanusiaan. Lapis kedua, kita mendengar dering lonceng penanda kebrutalan negara.

Dan lapis ketiga, sampai hari ini, segenap generasi bangsa terjejali dengan pembelotan informasi tentang kedua lapis sejarah itu. Absurd dan serba-mencekam. Ia adalah peristiwa G30S.

Sampai hari ini, belum ada data yang final soal korban pembantaian itu. Ada beberapa data yang menunjukkan bahwa terdapat 5000 lebih korban yang tertuduh PKI. Padahal sebetulnya tidak. Itu di Jawa Tengah. Bagaimana di daerah lain?

Kita sama belum menemukan informasi final. Ini adalah suntikan traumatik yang akan seluruh anak bangsa idap dan sepanjang hayat negeri ini, sampai ada yang membuktikan kebenaran dan validitas data, lalu luruskan sejarah.

Peristiwa tersebut sudah kadung menjadi misteri, dan tetap seperti misteri. Tidak perlu menakutinya. Hanya perlu kita ingat bahwa pernah ada sebuah peristiwa yang tiba-tiba peristiwa itu tersulap menjadi misteri dalam waktu satu malam. Persis seperti saat Arab hendak merdeka, hanya satu malam!

Mari kita tutup cerita itu. Sebab misteri, sekali lagi, tetaplah misteri. Kita beranjak pada Hizbut Tahrir Indonesia (HTI).

Ada apa dengan HTI? Mari pikirkan bersama-sama. Saya tidak sedang ingin mengatakan bahwa orang HTI adalah PKI, tetapi tidak berlaku sebaliknya. Karena PKI jauh lebih tua ketimbang HTI.

Saya ingin mengatakan bahwa keduanya memiliki persamaan pada tataran yang sangat vital: ideologi. Keduanya memiliki ideologi transnasional. Keduanya sama-sama dapat mematikan seketika.

Baca juga:

Perbedaannya, HTI hidup di zaman kemenangan liberalisme. Sedangkan PKI lahir di rahim perjuangan melawan imperialisme dan kapitalisme.

Apakah kemenangan liberalisme berarti kekalahan komunisme? Iya, senyampang kita lihat dari negara yang mula-mula memperjuangkannya. Hanya saja perlu kita catat bahwa komunisme melihat kehidupannya setelah kemenangan liberalisme dan kapitalisme.

Bagaimana dengan HTI? Ia akan terus hilang sepanjang yang mereka perjuangkan dan prioritaskan hanya simbol-simbol dan struktur pemerintahan. Tetapi Akan lain ceritanya kalau yang kita usahakan adalah nilai-nilainya.

Sebetulnya, nilai dari keduanya, HTI dan PKI, ada di Pancasila.

Arief Rahman
Latest posts by Arief Rahman (see all)