
Seperti ular kepada Hawa
Lalu Hawa kepada Adam
Rayuan madu nan legit
Berujung mereguk empedu
Maka segala yang menggiurkan
Tak selamanya menjelma surga
Tak Sepadan Janji
langit masih kelabu
pada pagi yang muram
tampak lelaki paru baya
duduk menghitung waktu
barangkali menunggu fajar
kecut rupa masai berjumbai
mengalir di beranda rumah
tak ada berita gembira
di halaman paling depan
koran pagi membawa kabar
perihal sepotong hati yang luka
ditikam harap tak sepadan janji
November Dua Puluh Lima
Tatapmu serupa bercahaya
Dari balik layar-layar kaca
Senyum simpul menggoda rasa
Banyak hati menyulam asa
Hari itu november dua puluh lima
Kau lumat lisan seliwer makna
Banyak kepala angguk yang percaya
Bola-bola mata berkaca-kaca
Lisanmu yang bersahaja
Banyak menyambut gembira
Bak dayu sayu angin surga
Kepada yang tak berlabel jasa
Tekadmu menyibak adunya dada
Terpasung sistem tak merdeka
Didikte waktu yang mendera
Berjubel tumpukan di atas meja
Ingatlah pula di pelosek sana
Kantong-kantong peluh tiada tara
Demi memanusiakan manusia
Kendati upah tak seberapa
Padamu haru merenda asa
Bukan manis di bibir semata
Yang berujung apologi belaka
Maka hasilnya seperti sediakala
Kb, November 2019
- Puisi Rumit - 17 Januari 2020
- Kontemplasi - 6 Januari 2020
- Hargailah Puisi - 21 Desember 2019