
Nalar Politik, Jayapura – Kader PMII (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia) Kota Jayapura menyelenggarakan silaturahmi tokoh dalam rangka merespons gejolak yang terjadi di Papua. Acara yang diselenggarakan di Rumah Kopi Kotaraja (23/09/2019) ini bertema Wujudkan Papua Sejahtera Bersama NKRI.
Hadir sebagai pemantik diskusi, di antaranya: Bobby J.E. Awi, S. STP, M.Si, representasi Tokoh Muda Papua; Dr. Eko Siswanto, MH.I, representasi Pengamat Politik dan Budaya; dan Ubadillah, M.Pd, representasi sebagai Tokoh Cendekiawan Muslim Papua.
Bobby J.E. Awi mengungkapkan tersentuh dengan tema diskusi hari ini. Ia mengapresiasi kader-kader PMII karena bicara tentang Papua berarti bicara soal kesejahteraan Indonesia.
“Saya tersentuh dengan tema yang diambil adik-adik PMII. Indonesia belum dapat dikatakan sepenuhnya sejahtera karena belum sepenuhnya negara memberikan hak-hak yang adil maupun merata kepada rakyatnya, khususnya rakyat Papua,” ujar Bobby.
Menurut dia, kejadian-kejadian yang telah terjadi pada akhir-akhir ini merupakan salah satu bentuk ketidakpuasan orang-orang terhadap NKRI. Apalagi hal ini bukan hanya terjadi di Papua saja.
“Apa yang terjadi ini ekspresi ketidakpuasan.”
Menurut Bobby ,sekarang yang terpenting bagaimana mewujudkan agar Papua sejahtera. Hal itu tentu menjadi tanggung jawab semua pihak sebagai orang yang berada di tanah Papua.
“Saya mengajak semua masyarakat yang berada di tanah Papua ini, mari kita wujudkan Papua yang sejahtera dan benar sesuai Undang-Undang yang ada di negara.”
Dr. Eko Siswanto menjelaskan suatu hal yang mustahil Papua keluar dari NKRI. Dia pun mengajak semua pemuda tidak terjebak dalam dinamika tentang Papua, dan pemetaan-pemetaan tentang orang Papua.
“Sebagai pemuda, kita tidak boleh terjebak di dalam dinamika ini, tidak boleh terjebak dari pemetaan bahasa, orang gunung, dan orang pantai. Saya mengajak sahabat-sahabat, ayo kita bersama-sama ciptakan kesejahteraan mulai dari hal-hal yang kecil,” tandasnya.
Untuk sejahtera, menurutnya, hanya dapat dimulai dengan melakukan hal-hal kecil positif yang pastinya sesuai dengan aturan-aturan NKRI.
Dia juga menambahkan kalau ada tiga hal yang perlu semua pahami dalam upaya menyejahterakan, khusunya untuk masyarakat Papua. Ketiga aspek ini harus seimbang dan harus disamaratakan.
“Ada tiga hal untuk menyejahterakan Papua, yaitu aspek ekonomi, aspek ketidakadilan, dan aspek keagamaan.”
Meski mungkin para peserta belum paham konsep ketiga itu, tetapi baginya, apabila hal tersebut dibiarkan terjadi, maka akan menjadi pemicu hancurnya NKRI.
“Oleh karena itu, kita perlu memberlakukan hukum yang adil agar tidak terjadi kekacauan-kekacauan ini, khususnya di tanah Papua ini. Kita bersyukur belum ada konflik yang masuk dalam ranah agama dan kita harus mencegah dan menjaga agar hal itu tidak terjadi.”
Oleh sebab itu, dia berharap, sebagai pemuda yang berada di Papua, khususnya kader PMII, harus menyebarkan Islam sebagai sekalian alam yang dapat diterima oleh yang berbeda-beda.
“Islam harus bisa diterima oleh saudara-saudara kita yang asli Papua yang harusnya bukan malah menjadi ancaman bagi mereka.”
Adapaun menurut Ubadillah, sebetulnya gerbang Indonesia itu bukan di Jakarta, tetapi Papua itu sendri. Oleh karena itu, ini adalah sebuah gerbang yang harus bisa menarik pengunjung dengan produk yang unggul.
“Gerbang Indonesia sesungguhnya Papua. Karena itu, sebagai gerbang, harus dipoles menarik agar bisa menarik pengunjung, serta masyarakat Papua harus ditingkatkan SDM-nya biar bisa menjadi manusia unggul,” ujar Ubaid.
Menanggapi masih banyaknya muncul stigma oleh orang-orang yang berada di luar Papua yang menganggap bahwa Papua masih tertinggal soal pendidikan, Ubaid berpendapat bisa jadi mereka tidak paham oleh stigma yang dibangun.
“Padahal faktanya Papua lebih unggul soal kemodernan,” tegas Ubaid. [Aziz Askhari]
- Sang Muslim Ateis: Perjalanan dari Religi ke Akal Budi - 28 Februari 2023
- Ilmu Komunikasi; Suatu Pengantar - 23 Februari 2023
- Kemenangan Kapitalisme dan Demokrasi Liberal - 22 Februari 2023