Sebuah rasa yang tidak kumengerti
Mengapa seakan silih berganti
Menyisakan kenangan-kenangan yang sulit tuk dilupakan
Bersemayam di dalam dada
Menjalar menuju otak yang tak berdaya
Seakan mengalahkan logika
Meracuni kebenaran dengan keindahan yang semu
Tak tahu kedatangan dan kepergianmu
Ku tak berdaya atas kendali yang kau lakukan
Kuterima setiap rasa yang kau berikan
Sedikit kebaikan yang kau tanamkan
Kadang ku mencoba memegang kendali
Tapi sayang, semua itu tak berarti
Salahkah jika aku menjadi bagian darimu
Melekat erat seperti mawar dengan merahnya
Hidup dalam satu jiwa
Berjalan melewati masa yang semu
Menunggu sebuah akhir dari cerita
Menyambut kekalnya masa depan
Dan berpijak pada takdir yang tak terduga
Asa Terpendam
Aku bagaikan sebuah pena yang sedang menggoreskan tinta kehidupan di selembar kertas ajaib memohon sebuah harapan dan asa
Seiring berjalan waktu, tak mengenal kata putus asa, terus berpacu dengan roda kehidupan mencapai sebuah titik maksimal pencapaian dan harapan masa akan datang
Acuhkan dan tanggalkan semua duka, hibur diri sebagai penghapus lara dan bimbang karena lambat laun semua kata penantian akan berproses dan berakhir dengan pencapaian yang sangat indah
Terus berjalan tanpa perlu menoleh ke belakang, buang jauh segala ketakutan dan ketidakberdayaan, percaya dan yakin pada kemampuan diri
Ekspresikan kebebasan dalam bertindak, terus gali dan gali leboh dalam lagi asa yang masih tersimpan dan terpendam
Ritme irama kehidupan terlukis jelas dalam pancaran keberdayaan dan kepuasan diri mencapai puncak harapan
Pelangi indah menghias diri dalam sebuah keberhasilan menggapai asa terpendam
Elegi sendu kerinduan kala senantiasa datang silih berganti menjadi sebuah keharuan akan pengharapan
Niscaya jalan kesuksesan dapat berproses dengan kemudahan
Dentang kehidupan bermain indah bagaikan fatamorgana
Alunan nada menggema tanda peringat niat hati untuk terus bersunggguh-sungguh mengasah asa terpendam
Menari bagaikan penari meliuk gemulai memutar bagaikan sebuah roda kehidupan akan sebuah pencapaian
Pelengkap Kisah yang Patah
Tujuh hari lebih hatiku menolak pulih
Menikmati sesal dan mengoyak jutaan perih
Semestaku gelap, bahagiaku terasa tersapu bersih
Kucoba puluhan kali berdiri hingga tertatih-tatih
Meski duka kemarin masih saja menyisakan puing-puing sedih
Kabarmu tak ingin lagi kujadikan penenang
Ku cincang habis seluruh rindu dan kenang yang mencoba datang
Hatiku wajib sembuh meski sempat tersesat tak bisa pulang
Aku lelah terlihat lemah bahkan belum sempat maju berperang
Biarkan titik-titik rumpang itu membuka jalanku agar lebih cemerlang
Jangan tanyakan bagaimana ku mencoba ikhlas
Sebelumnya ku juga pernah meminta Tuhan agar kau dibalas
Bukankah balas-membalas adalah jalan agar semuanya terasa impas?
Meski ku sadari bahwa baik tak pernah pantas bersanding dengan kata culas
Biarlah semuanya memukulkun begitu keras hingga aku tak lagi jatuh memelas
Akan kumudahkan langkahmu membuatku musnah
Aku akan menjauh bersama jutaan harap yang berakhir punah
Bersama ribuan kisah yang sempat merekah
Ku titipkan doa baikku pada setiap langkah
Semoga kau selalu bahagia tanpa aku sebagai pelengkap kisah
Apakah Kita?
Apakah aku hanya menduga-duga? Atau kita sesungguhnya memang tengah berbicara lewat semiotika? Saling berucap rindu tanpa harus berkata-kata, sebab kita tahu pasti rasa itu selalu ada di sana, di relung dada
Andai saja aku dapat hadir di sana, saat padamu gundah gulana mendera. Tapi apa daya kita terpisahkan oleh realita bahwa kita telah berada dalam himpunan yang berbeda
Jiwa Rapuh
Hari sudah mendung tanpa jiwa
Engkau laksana intan bersisik dalam telaga
Aku hidup dengan hembusan nafasmu
Seperti udara yang tersimpan di dalam kalbuku
Hari sudah mendung tanpa jiwa
Engkau laksana intan bersisik dalam telaga
Aku menghias rupamu dengan denyut nadiku
Ingin membelai sukmamu sampai di penghujung hariku
- Ketika Para Seniman Masuk dalam Panggung Politik - 28 Juni 2023
- Tentang si Enu dari Kutub Utara - 2 Februari 2023
- Kata Hati - 22 Januari 2023