Kegiatan Rohis Kampus Itu Destruktif

Kegiatan Rohis Kampus Itu Destruktif
©Tribun

Nalar Politik – Penulis Luthfi Assyaukanie menyebut kegiatan Rohis kampus itu destruktif. Ia mengingatkan agar calon mahasiswa berhati-hati jangan sampai terjerumus saat menggeluti dunia ini.

“Adik saya baru saja mengirim kabar gembira bahwa anaknya diterima masuk IPB jurusan Ilmu Komputer. Saya ikut senang dan mengucapkan selamat, sambil berpesan hati-hati jangan sampai terjerumus ke dalam Rohis kampus,” tulis Luthfi (14/6).

Ia pun menjelaskan bahwa IPB merupakan salah satu pusat gerakan tarbiyah yang melahirkan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI).

“Setidaknya dulu begitu. Entah kalau sekarang sudah berubah.”

Luthfi menyadari kalau banyaknya urusan non-akademis yang digeluti mahasiswa menjadi problem besar perguruan tinggi di negeri ini. Meski banyak pula yang sifatnya positif, misalnya belajar bikin start-up, atau aktif dalam gerakan lingkungan.

“Tapi kalau urusannya menyangkut agama, biasanya ujungnya masuk parpol, atau gabung dengan pasukan jidat hitam. Alih-alih menjadi ilmuwan, yang ada jadi ustaz Wahabi.”

Ia kemudian menyesali bagaimana perguruan tinggi di negeri ini sangat sulit bersaing dengan universitas-universitas luar negeri lantaran dosen dan mahasiswanya disibukkan oleh urusan-urusan yang anti-pengetahuan.

“Lihat saja universitas-universitas yang berlomba menggaet mahasiswa baru dengan syarat hafal Alquran. Gak ilmiah sama sekali. Belum lagi urusan politik kampus yang merupakan perpanjangan dari kompetisi lembaga agama, antara NU dan Muhammadiyah, antara HMI dan PMII, dst.”

Lutfhi mengingatkan tantangan mahasiswa di Indonesia adalah kuliah dengan benar. Dengan benar, maksudnya, belajar ilmu pengetahuan secara fokus dan tidak terdistraksi hal-hal non-akademis.

“Rohis kampus adalah salah satu pengganggu konsentrasi mahasiswa dari studinya. Alih-alih menjadi sarjana dengan benar, setelah lulus malah menjadi pengagum Harun Yahya.”

“Jadi, kalau hari ini ada keluarga Anda yang lulus SBMPTN, pesan saya satu: hati-hati dengan kegiatan kampus yang destruktif.”