Kegilaan pada Surga

Kegilaan pada Surga
Ilustrasi: Bom Bunuh Diri

Kegilaan pada surga itu mungkin menjadi kegilaan yang paling sulit tertangani oleh ahli jiwa mana pun.

Betapa kegilaan pada surga bisa bikin mereka tanpa merasa terbeban melibatkan anak-anak untuk mati bersama mereka. Anak-anak yang seharusnya mereka hidupi, dan kelak menjadi manusia sebenarnya.

Lagi-lagi, dalih bahwa wahyu adalah segalanya dan nalar bukan sesuatu yang terlalu kita butuhkan. Lahirlah manusia yang gila oleh lamunan surga dan malah menciptakan neraka di dunia.

Lihat bagaimana seorang ayah dan seorang ibu yang semestinya menjadi yang pertama melindungi anak-anaknya. Mereka hancurkan tubuh anak-anaknya sendiri, anak-anak orang lain. Tanpa kasih sayang di hati mereka, bagaimana berharap kasih sayang Yang Maha Penyayang di alam sana?

Apakah kemarahan bisa menjadi tiket untuk meraih surga? Sementara kemarahan itu sendiri berasal dari api. Di sisi lain, api justru identik dengan neraka.

Surga itu, jika kita simak-simak, lebih akrab dengan hawa kasih sayang, cinta, dan kebaikan. Bagaimana mereka berharap surga jika hidup sarat kebencian, kemarahan, dan gemar membawa kerusakan?

Surga juga kerap tertafsirkan sebagai tempat penuh kedamaian. Bagaimana bisa berharap surga jika hidup justru jauh dari kedamaian dan keinginan menebar damai?

Baca juga:
Zulfikar Akbar