Ketika Libertarian Jadi Pendukung Fanatik Trump

Ketika Libertarian Jadi Pendukung Fanatik Trump
©Orlando Weekly

Nalar Warga – Pendukung fanatik Trump datang dari tiga kelompok utama. Kristen fanatik, terutama evangelicals; pengagung kulit putih (ras Eropa); dan libertarian.

Yang miris adalah kelompok libertarian. Mereka yang menginginkan kebebasan individu yang besar, tetapi mereka harus tahu ketika kelompok Kristen fanatik berkuasa, maka kebebasan individu itu terpotong. Kristen fanatik anti segala macam yang mereka anggap “tidak bermoral”.

Libertarian bergabung dengan kelompok fanatik agama cuma karena mereka tidak suka kelompok liberal. Padahal sebenarnya liberal dan libertarian lebih cocok kalau ditinjau dari penghargaan terhadap kebebasan individu, dibanding dengan kelompok fanatik agama.

Yang masalah dengan kelompok fanatik agama, yaitu sangat fokus pada fanatik agama yang bersangkutan. Mereka bukan hanya tidak suka dengan kaum liberal (maupun libertarian), tetapi juga tidak suka dengan perkembangan agama lain.

Karena itulah Kristen fanatik di Amerika tidak suka dengan muslim secara umum. Aneh.

Saya tidak bisa melihat bagaimana libertarian bisa menyetujui ketika pemerintah, karena demi dukungan kelompok agama, kemudian mengeluarkan kebijakan anti-LGBT, anti pro-choice, dan lain sebagainya. Kalau mereka setuju-setuju saja, ya bukan libertarian sejati.

Kalau saya sih, saya tidak bakal bisa mendukung Trump terutama karena bukan hanya saya ateis, tetapi saya juga pro-humanisme. Artinya, saya tidak bisa melihat negara membiarkan ada kelompok masyarakat yang dibiarkan memelas dalam kemiskinan sementara sebagian bergelimang harta.

Karena kalau pro-humanisme, pro-kemanusiaan, pasti tidak bisa melawan rasa miris kalau melihat hal tersebut terjadi. Mau orang-orang miskinnya bodoh atau malas, tetapi setidaknya mereka harus diperlakukan sebagai manusia yang bermartabat.

Sering orang miskin dan malas karena mereka terjebak dalam kondisi.

Saya tidak pro-tuhan, tetap saya jelas pro-manusia, dan terutama secara kolektif. Penghargaan terhadap kebebasan individu itu bagus. Tetapi kalau ada kebebasan terlalu banyak mengorbankan kepentingan bersama, maka lebih baik kepentingan bersama didahulukan.

Hidup harus berimbang, antara kebebasan individu untuk diri sendiri dan kepentingan bersama. Menemukan titik imbang itulah yang bisa kemudian diperdebatkan dan didiskusikan.

*Mentimoen

Warganet
Latest posts by Warganet (see all)