
Apa sih makna sebenarnya dari Ketuhanan Yang Maha Esa? Apa arti di balik kata “esa” di sila pertama Pancasila itu? Kenapa esa dipakai dalam frasa tersebut?
Untuk mengerti dan memahaminya, anjur @Mentiomen, orang harus merujuk langsung ide awal Pancasila menurut Soekarno. Itu pertama kali disampaikan dalam Sidang BPUPKI pada 1 Juni 1945. Persis di hari inilah Pancasila lahir.
Awalnya memang sila Ketuhanan Yang Maha Esa ditempatkan di nomor 5. Prinsipnya, seru Soekarno, adalah untuk menyusun Indonesia Merdeka dengan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Prinsip Ketuhanan! Bukan saja bangsa Indonesia ber-Tuhan, tetapi masing-masing orang Indonesia hendaknya bertuhan Tuhannya sendiri. Yang Kristen menyembah Tuhan menurut petunjuk Isa al-Masih, yang Islam ber-Tuhan menurut petunjuk Nabi Muhammad SAW, orang Buddha menjalankan ibadahnya menurut kitab-kitab yang ada padanya.
“Masing-masing BERTUHAN TUHANNYA SENDIRI. Itulah juga arti dari kata ESA dalam Bahasa Sanskerta,” kicau @Mentiomen.
Esa itu, lanjutnya, adalah infleksi dari kata penunjuk posisi yang lebih dekat. Diterangkan dalam buku tata bahasa, artinya “this here”. Jadi, esa itu artinya tuhan menurut definisinya sendiri; tidak didefinisikan dari pihak lain. Dalam kata Seoekarno, BERTUHAN TUHANNYA SENDIRI.
“Penganut Islam, tuhannya menurut definisi Islam; Kristen menurut Kristen; dan lain sebagainya. Jadi, ketuhanan menurut definisi masing-masing. Itu adalah solusi Bung Karno terhadap kebinekaan Indonesia; supaya jangan bertikai; masing-masing jangan saling paksa; saling hormati saja,” jelasnya.
Dengan demikian, simpul @Mentimoen, sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa justru mendukung sekularisasi Indonesia. Karena tujuannya adalah mencegah dipaksakannya satu konsep ketuhanan menurut agama tertentu. Konsep ketuhanan diserahkan pada masing-masing pribadi.
“Dari semula, Soekarno sudah mengerti bahwa kebebasan beragama di Indonesia bakal terancam. Karena itulah dia menyodorkan sila pertama supaya jelas-jelas tidak ada satu agama pun yang boleh mendominasi,” pungkasnya.
- Jika Pasangan Amin Maju, Hanya 16,5 Persen Warga Akan Memilih - 22 September 2023
- Figur Presiden Lebih Kuat daripada Partai Politik - 8 September 2023
- Rakyat Indonesia Menolak MPR Jadi Lembaga Tertinggi Negara - 27 Agustus 2023