
Gemercik air menyirami ruas jalan
Membasahi debu yang mulai berterbangan
Para pekerja bergelut melalui lintasan
Bergerak cepat menjemput rizki titipan Tuhan
Itulah kondisi di suatu pagi
Sebagai kisah buruh sejati
Termenung di pojok jalan perjuangan
Melihat orang-orang mengadu nasib,
mengharungi kehidupan
Hidup butuh makan dan pekerjaan
Makan butuh uang dan daya juang
Uang tak datang bila tak pergi
Pergi, untuk kembali memulai hari
Sayup Terlihat
Selamat siang dunia kerja
Salam kusematkan kepada semesta
Burung-burung berkicau terdengar lambat
Pertanda jam istirahat telah tiba
Dari ujung patamorgana sayup terlihat
Lelaki paruh baya memikul timba
Terik matahari kian menyengat
Langkah demi langkah dia terus berkerja
Sapaan dan do’a lancang kulontarkan
Kepada pekerja yang sedang memikul beban
Tetesan keringatnya serupa rintik hujan
Tiada henti membasahi sekujur badan
Makna
Sudahlah…
Kerja,
Sehat,
Itulah nikmat
Sakit,
Derita,
Putus asa,
Itulah sengsara
Kenikmatan dan kesengsaraan
Bagaikan obat dalam kehidupan
Manusia yang tidak merasakan kesusahan
Tak akan mengerti makna perjuangan
Misteri
Siang tak datang dengan tiba-tiba
Malam datang tak perlu aba-aba
Tangisan bocah mengusik kesunyian
Merengek orangtuanya yang bekerja seharian
Inilah negeri dengan seribu misteri
Yang katanya kaya dengan sumber daya energi
Jika tak kerja tak bisa hidup sejahtera
Yang sudah kerja saja, tak mampu menghadapi realita
Kandas
Badan mulai lelah
Tenaga mulai payah
Mata ingin sekali terlelap
Tapi pikiran ingin terus melangkah
Tanggung jawab datang silih berganti
Kerjaan bertambah tanpa henti
Ini bukan soal jumlah gaji
Ini soal aturan yang tidak bisa dikompromi
Terbentur tidak selalu terbentuk
Terbentur langkah tipis menjadi hancur
Terbentur sebab aturan menindas
Salah langkah berakhir kandas
Siaaal!
~ Pelalawan, 2021
- Generasi Tua yang Rentan Sebaiknya Rebah dari Kursi Kekuasaan - 6 Agustus 2022
- Para Senior Kampret - 8 September 2021
- Kisah Buruh - 4 Juli 2021