
Nalar Warga – Kunjungan tokoh NU Yahya Staquf ke Israel mendapat hujatan kanan-kiri. Padahal, jelas-jelas dia berada di sana dengan membawa suara dukungan bagi perdamaian konflik Israel-Palestina. Dia jelas-jelas menyatakan dukungannya pada hak Palestina untuk memiliki sebuah negara.
Yang memaki menganggap bahwa kunjungan Yahya Staquf ke Israel akan memperkuat Israel. Yahya dianggap berkhianat pada Palestina. Omong kosong!
Selama ini, perlawanan terhadap penjajahan Israel atas Palestina sudah dilakukan oleh banyak negara dan kelompok Islam dengan beragam cara agresif: perang terbuka, terorisme, intifadah, boikot, pengucilan, pemutusan hubungan diplomatik, dst dst. Hasilnya apa? Israel makin kuat!
Saya tidak ingin mengatakan jihad melawan Israel itu tidak berguna. Saya hanya ingin mengatakan, jalan agresif itu tidak menyelamatkan bangsa Palestina. Mereka sudah menderita selama 70 tahun! 70 tahun!
Justru yang salah satu bikin masalah adalah Hamas yang ngotot tidak mau mendukung jalan perdamaian dengan Israel. Karena itu, salah satu hal yang harus dilakukan di luar jalan agresif, jalur ngotot, adalah jalan diplomatik.
Dan dalam diplomasi, apa pun bisa dilakukan. Kalau perlu, tidur seranjang dengan raja iblis! Karena itu, jangan pernah nafikan jalur lobi, jalur kebudayaan, diplomasi publik.
Yang penting kita tidak pernah boleh lupakan tujuan paling realistis dari penjajahan Israel adalah solusi dua negara. Kita harus menerima kenyataan bahwa Israel ada. Tapi kita tidak pernah boleh lalai memperjuangkan agar Israel menerima kehadiran sebuah negara Palestina merdeka.
Pemerintah Indonesia saat ini tidak mungkin mengambil sikap kompromistis seperti itu. Yahya bisa. Karena itu, apa yang dilakukannya perlu didukung, untuk sebuah Palestina merdeka, bukan untuk Israel.
___________________
Artikel Terkait:
- Mungkinkah Gerindra Akan Menggeser Posisi PDIP? - 29 September 2023
- Murid Budiman - 1 September 2023
- Budiman Sudjatmiko, Dia Pasti Adalah Siapa-Siapa - 30 Agustus 2023