
Bukan aku tak henti celetuk nadi wanita
Meremkan mata tak kenal waktu
Yang sejak dini menanti usai
Derai air mata menjadi mata air
Laki-laki dan perempuan penjelma rupa
Aku dan kamu menjadi kita
Meraut sepakat pada sebongkah kata
Muntahlah dia dalam rupa yang asing
Setiawacana pada pembawa kabar
Melawat duka sembuhkan semesta
Tertusuk duri pemuas hasrat
Sejengkal lalu tenggelam
Kali ini dibayar tuntas
Kata penjelma rupa
Mati suri tiga kalinya
Lalu kekalkan keselamatan
Cemas
Hati berdegup lelahkan waktu
Entah tanya tak disapa jawaban
Tak sempat lalu bergetar
Panas dingin menyusur tubuh
Hening lalu mendebar
Semedi dan Hiburan Malam
Semua harus usai sekejap
Saat kata meniduri waktu
Macetkan harap pada noktah namamu
Menyusun pinta pada setapak ujud
Taburkan tasbih di pucuk sembah
Semilir minggat pada penginapan
Merekah secuit nada pembawa syahdu
Tentang remeh temeh yang tak di kekali
Kapan dan di mana labuhkan riang
Musim sudah bertalu di depan waktu
Membentuk alur bagi sukma
Sekali berlayar sudah cukup di timpa
Nama-nama buta, bekal-bakul fitnah
Puaskah dunia dengan gelap ini?
Putar dan patah bergeliat menjemput fajar
Diamkan kata pada rahang lumut
Penggemar diskotik dibakul pelangi
Bola lampu binarkan aurat
Lebih cepat gairah lebih
Cukup hening lalu entah
Dusta di Bali Kata
Sudah cukup hati ditiduri
Oleh lumut rupa namamu
Datang lalu benamkan dusta
Terekam tebal pada bilik serambi
Kali ini sungguh pahamku renggut
Percikan dusta jadi adonan kata
Maaf, teduh jadi milikmu
Luka lekas miliku segera
Agar laku liku hidupku
Waktu juga bisu
Tertikam bisa bibir manismu
Untuk nama tersamar-samar lupa
kepalsuan kata benamkan Kusut
Pada senja penjelma fatamorgana
- Tubuh - 25 Oktober 2020
- Siksaan Rindu - 12 Oktober 2020
- Kembali Meramu - 29 September 2020