
Ulasan Buku – Born for Liberty (Lahir untuk Kebebasan) adalah judul asli buku ini, sedangkan subjudulnya berbunyi A History of Women in America (Sejarah Perempuan Amerika).
Banyak yang dapat disimpulkan dari judul ini, apalagi bermula dari revolusi kemerdekaan Amerika yang melepaskan diri dari Kerajaan Inggris. Dalam perjuangan itu, perempuan Amerika berperan, dan ternyata pula sebelum dan sesudahnya. Jadi, buku ini menyajikan empat abad peran perempuan di Amerika dalam 372 halaman.
Ini merupakan hal yang luar biasa. Karena di panggung sejarah, perempuan jarang tampil. Bila kini ditampilkan dengan judul di atas, nyatalah bahwa kemerdekaan atau kebebasan itu adalah hak asasinya: dilahirkan untuk bebas.
Keyakinan itu sekaligus merupakan keyakinan menjadi warga yang berdaulat, dinamis, dan budiman. Karena negaranya makmur berkecukupan dapat mengatasi pamrih-pamrih pribadi (apakah ini berarti bahwa negara yang miskin warganya akan merosot moralitasnya?).
Kesimpulan yang terlalu gegabah tidak perlu. Kita kenali saja dahulu corak mendasar aspirasi Amerika yang dapat kita anggap merupakan paduan cita-cita republikan klasik, amanat agama Protestan, dan paham kebebasan akibat Pencerahan.
Revolusi kemerdekaan dengan segala retorika memang mengandaikan bahwa lelaki mampu berpolitik karena kehidupan keluarga sehari-hari sudah perempuan mantapkan dan di Selatan oleh budak-budak kulit hitam. Tetapi dengan keyakinan Lahir untuk Kebebasan ini, perempuan Amerika terus-menerus mencoba menjembatani antara dunia keakraban keluarga dan dunia politik dalam masyarakat. Ini dapat kita telusuri lewat bab-bab dalam buku ini.
Dari awal sejarah empat abad ini mencakup berturut-turut: penduduk asli perempuan, sebelum pendatang di Amerika Utara (1607-1770), perempuan dalam revolusi dan keterlibatan politik, perempuan dan kehidupan perhimpunan (1820-1845), periode pemisahan (1845-1865), persemakmuran citra keibuan (1865-1890), perempuan dan modernitas (1890-1920), depresi dan Perang Dunia II, perang dingin dan mistik feminin, dekade politik/kebangkitan kesadaran feminis, dan akhirnya perbedaan strategi perempuan versus perempuan sejak tujuh puluhan.
Baca juga:
- Meretas Diskriminasi terhadap Perempuan dalam Praksis Kebebasan Beragama di Indonesia
- Atas Nama Kebebasan, Perempuan Arab Mulai Merokok di Ruang Publik
Dalam urutan tersebut, tampil berbagai bentuk ekspresi kebebasan perempuan dengan pasang surutnya yang perlu kita simak. Feminisme yang terkenal pula dengan nama Woman’s Liberation atau pembebasan perempuan, sampai dari Amerika sejak enam puluhan, dan bukannya dari Eropa dengan sejarah feminisme yang lebih lama.
Memang, feminisme Eropa tidak memiliki ciri gejolak suatu perang kemerdekaan dengan cita-cita pembebasan para imigran yang meninggalkan Eropa karena berbagai tekanan. Aspirasi ini memperoleh kelanjutannya yang pula menggerakkan perempuan Amerika.
Kembali kepada para perempuan pertama, penduduk asli tiba 20.000 tahun lalu dari Asia lewat Selat Bering. Baru 2.000 tahun yang lalu dapat kita telusuri kehidupan pribumi yang lambat laun terporak-porandakan oleh kedatangan imigran kulit putih. Kedatangan ini membawa penyakit baru yang membuat para pribumi menyusut drastis dalam abad kelima belas dan enam belas.
Di Meksiko, tinggal 5 hingga 10 persen penduduk semula. Dengan pembagian kerja seksual, ternyata dengan leluasa perempuan Indian tetap mampu berperan sebagai “perantara” dagang antara pribumi dan imigran. Keterampilan mereka mencolok dalam tawar-menawar, mengolah kulit hewan, membuat kano, melintasi belantara, membuat peran mereka lentur mengatasi pembagian kerja seksual dan mengatasi batas antara dunia feminin dan maskulin.
Sejak 1700, penggunaan kuda menyebar dan tampil kemudian streotipe Indian berburu dan berperang disertai kemunduran citra perempuan. Bahkan poligami menjadi penyelesaian tepat bila hasil perburuan yang melimpah memerlukan pengolahan oleh banyak perempuan.
Pada para imigran, masih terdapat keyakinan akan inferioritas perempuan dengan ciri-ciri pribadi kacau oleh ciri-ciri seksualnya. Tapi mereka pun dapat kerja keras untuk menebus biaya perjalanan ke Amerika, yang masih merupakan jajahan Inggris.
Bagi perempuan, akhirnya penghayatan religius dengan berbagai fanatisme tertinggal menjadi lahan kebebasan. Yang cukup mengejutkan dalam sejarah adalah bentuk aktivisme perempuan yang kemudian teredam dengan pembakaran perempuan sihir di Salem pada 1692.
Perubahan yang terjadi pada 1740 hingga 1750 ialah bahwa yang lahir di Amerika mulai melebihi pendatang. Suatu keseimbangan baru terjadi antara lelaki dan perempuan, perempuan lajang menjadi suatu kejanggalan. Tapi perbedaan pula berlangsung antara perempuan petani, perempuan kalangan atas dan bawah.
Halaman selanjutnya >>>
- Sang Muslim Ateis: Perjalanan dari Religi ke Akal Budi - 28 Februari 2023
- Ilmu Komunikasi; Suatu Pengantar - 23 Februari 2023
- Kemenangan Kapitalisme dan Demokrasi Liberal - 22 Februari 2023