Sekarang coba Anda baca lagi soal tersebut perlahan dengan lebih fokus dan tenang menggunakan sistem 2. Pastj Anda akan menyadari bahwa umur kakak adalah 10,5 tahun dan si adik adalah 0,5 tahun. Nah itulah hebatnya sistem 2.
Perlu Anda tahu, dengan segala kelemahannya ini, manusia pada mode dasarnya justru menggunakan sistem 1 yang lebih hemat energi. Kenapa? Sebab sistem 1 ini sering menyelamatkan kita dari bahaya.
Semisal ketika naik motor dan tiba-tiba ada orang nyelonong di depan Anda. Kan nggak mungkin kita menghitung jaraknya secara matematis lalu baru mengerem kendaraan ya. Sistem 1 ini sering sekali kita gunakan dalam bertahan hidup. Dan kita sering kali shifting dari dua sistem ini bergantian tanpa kita sadari.
Nah, apa hubungannya kedua sistem ini dengan saat belajar matematika?
Berhubungan sekali. Seorang anak belajar konsep baru dalam matematika menggunakan sistem 2. Ya, memahami konsep lalu mengasimilasi dan mengadaptasikannya ke otak butuh mekanisme sistem 2 yang lebih fokus dan tenang. Konsep yang dipelajari itu harus dapat diterima akal sehatnya.
Lalu untuk apa sistem 1? Sistem 1 digunakan ketika seseorang mengerjakan soal-soal rutin yang sudah sering dikerjakan dan tidak membutuhkan fokus terlalu banyak.
Nah, mari kita menjawab pertanyaan di atas. Apakah perkalian perlu dihafal?
Pertama, saya akan coba jawab dengan analogi. Pernahkah Anda menghafalkan rute dari rumah menuju kantor atau sekolah? Nggak, kan. Anda tak pernah betul-betul menghafalkan setiap belokan yang ada. Anda hanya sering melaluinya dan tanpa Anda sadari Anda hafal sekali jalan rute dari kantor ke rumah dan sebaliknya.
Baca juga:
Bahkan saking hafalnya, Anda bisa melalui rute itu sambil telepon, ngobrol, atau aktivitas lainnya. Anda nyaris tak perlu fokus untuk melakukannya.
Seharusnya itu menjawab pertanyaan di atas. Bahwa mungkin sekali manusia mempunyai hafalan atau memori tanpa proses menghafal atau memorizing.
Saat pertama kali belajar perkalian, tentu seorang anak perlu memfokuskan pikiran mereka untuk memahami konsep perkalian dengan menggunakan mekanisme sistem 2. Mekanisme ini diperlukan agar anak mendapatkan pemahaman yang baik tentang perkalian.
Loh lantas apakah setiap melakukan perkalian anak harus menggunakan sistem 2 yang lama dan melelahkan? Gimana kalau anaknya sudah SMA?
Ya tentu tidak. Jangan sampai udah berewok masih menghitung 7×2 dengan cara menjumlahkan 2 sebanyak 7 kali. Tentu tidak efisien dan melelahkan.
Nah menurut penemuan Kahneman, mungkin sekali kok memindahkan perkalian dari sistem 2 ke sistem 1. Menurutnya, sistem 1 ini bisa kok diperkuat dengan cara latihan di sistem 2.
Misalnya, ketika perkalian sering dilakukan dengan benar pada sistem 2, maka suatu ketika nanti perkalian akan menjadi sistem 1 si anak. Tanyakan ke guru matematika, bahkan bangun tidur sekalipun, kami pasti bisa menjawab 8×7 dengan cepat dan tepat. Proses ini yang biasa kita sebut hafal.
Lalu gimana cara melatih perkalian yang semula pada sistem 2 agar segera shifting ke sistem 1? Ya dengan banyak-banyak berlatih mengalikan sebagai law exercise Thorndike. Membangun koneksi perkalian dengan operasi pembagian atau dengan geometri serta menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari.
Halaman selanjutnya >>>
- Semua Anak Suka Belajar, tapi Benci Dipaksa Belajar - 31 Agustus 2022
- Membaca Adalah Kemewahan - 29 Agustus 2022
- Nilai Matematika Tidak Penting - 26 Agustus 2022