
Mawar mekar di ujung purnama
Berwarna merah dan berbau wangi
Selalu menemaniku di antara sunyi dan sepi
Pada setiap kelopaknya, aku menemui keindahan
Pada setiap tangkainya, aku menemui kehati-hatian
Mawar mekar di ujung purnama
Seketika ia pun layu
Dan memberi pelajaran tentang cinta dan setia
Memberi pelajaran tentang jati diri
Dan kenikmatan untuk selalu menunggu
Yogyakarta, 11 Mei 2019
Manisku
Manisku
Dapatkah kau menebak makna pada setiap peristiwa
Atau menerka makna yang diisyaratkan semesta
Pada malam-malam yang sunyi
Di saat kau duduk membisu
Apakah kau bisa melihat sesuatu di balik pekat malam .
Manisku
Dapatkah kau merasakan hadirnya semesta dalam dirimu
Menyatu dengan hati dan sukmamu
Hingga senja
Dan pekat malam akan kembali tiba
Membawa bulan
Dan kau masih termenung melihat lautan
Adakah kau melihat kegaiban
Pada setiap deru ombak yang menari
Dan sapuan angin yang setia menemani
Yogyakarta, 24 Juli 2019
Kekasih, Selamat Malam
Kekasih, selamat malam
Sudahkah kau hapus bekas lipstikmu di pipiku
Sebelum kau pergi dan berlalu bersama suara hujan
Lalu kau lempar senyum manismu kepadaku
Seakan kau memberi pesan bahwa malam masih panjang dan ini milik kita
Sorot matamu memberiku tanda agar sepasang nyawa harus larut dalam merah pekatnya kolam cinta
Kekasih, sedari tadi kau belum melepaskan tanganku
Eratnya genggamanmu membuatku lupa akan palsunya dunia
Lantas, apakah kau dan aku asli
Ataukah kita adalah sepasang nyawa yang terperangkap dalam absurditas dunia
Kau kembali menatapku dengan matamu yang sayu
Namun, sorot matamu kali ini berpesan bahwa kau dan aku palsu hanya rindu dan cintalah yang pasti
Yogyakarta, 28 November 2020
Ibu, Kurangkai Kata Ini Untukmu
Ibu, kau adalah makhluk yang malampaui rentang waktu
Kau makhluk abadi
Kehangatanmu melampaui kehadiranmu
Setiap insan tak pernah mendustai bahwa kau adalah awal dari kehidupan dan keabadian
Ibu, kau adalah makhluk yang mampu menghapus segala bentuk nestapa
kau adalah cinta
kau adalah energi utama dalam proses penciptaan alam semesta
Kekasih tuhan menyebutmu tiga kali dalam sebuah kisah penuh hikmah
Kau adalah kunci untuk mencapai surga Tuhan
Ibu …
Demikianlah …
Yogyakarta, 2 Januari 2020
Subuh di Sitamiang
Suasana senyap di hutan karet Sitamiang
Semilir angin di penghujung subuh menggerakkan dahan-dahan karet
Saling beradu membentuk suatu dentingan bunyi
Perlahan langit mulai membiru
Suara-suara sandal silih berganti mengundang mentari
Dan perlahan ibu berkata; “Bangun, nak, kehidupan akan segera dimulai persis setelah kau selesai mandi”
Yogyakarta, 29 Desember 2020
Aku, Garbi, dan Hutan Kebingungan
Seperti suratan takdir semesta
Pada sepenggal kisah perjuangan hidup yang penuh makna
Aku terjebak di belantara hutan kebingungan
Pohon-pohon menjulang tinggi, akar-akar merobek tanah, dan rimbun dedaunan masih tetap setia kepada hujan
Aku tetap duduk-diam sembari menatap langit yang mulai temaram
Perlahan pekat malam akan segera menggulung senja
Seketika malam pun tiba dan kegelapan telah mengambil alih segalanya
Suasana yang suram menyelinap masuk ke dalam relung hati
Dan embusan angin membawa memori masa lampau yang penuh kenangan dan kegemilangan
Dari kejauhan kulihat kau datang entah dari mana
Lewat sela semak-semak itu kau menghampiriku mengenakan gaun merah
Begitu indah dan anggun
Tanpa basa-basi kau mengulurkan tangan padaku
Sembari bertanya; apakah kau bisa membawaku sampai ke masa depan?
Seketika bibirku kaku untuk menjawab pertanyaan penuh harapmu itu
Aku menunduk dan terus menunduk
Dan kau masih terus mengulurkan tanganmu
Perlahan aku menatapmu sembari berkata; seperti yang kau lihat, hanya ada kau dan aku di hutan ini. Apa yang bisa kita lakukan untuk segera keluar dari sini?
Kemudian kau hanya melempar senyuman sebagai jawaban dan terus mengulurkan tangan
Yogyakarta, 5 Januari 2021
Petasan, Harapan, dan Kesialan
Petasan-petasan meletus pada malam tahun baru
Aku duduk di teras rumah sambil menatap langit malam yang berwarna-warni
Aku menatap langit sembari mekhayalkan sesuatu yang berada di balik pekat malam
Suara petasan menggelegar dan saling bersahut-sahutan
Tiba-tiba tebersit sebuah tanya di pikiranku; mengapa mereka meledakkan petasan
Apakah ini adalah sebuah perayaan akan harapan baru ataukah ini adalah cara manusia merayakan kesuraman hidup
Entahlah ….
Yogyakarta, 1 Januari 2021
Sang Cinta
Semesta bergerak sesuai dengan orbit yang digariskan olehNya
Begitu pula kau dan aku
Kita adalah sepasang pengembara yang dilontarkan dari dimensi kehampaan
Terlempar jauh hingga hinggap di realitas yang penuh dengan keabsurdan
Lalu kita mengada
Rentang waktu yang kita lalui adalah proses menuju ada
Akankah kita bertemu Sang Cinta
Tak ada yang tahu jawabannya
Kita penuh kecemasan
Yogyakarta, 13 Februari 2021
- Angin Revolusi; Sebuah Usulan Narasi untuk Mahasiswa Indonesia - 11 November 2022
- Mengoptimalkan Demokrasi dengan Menjernihkan Konsep Politik - 21 April 2022
- Pemuda, Cinta, dan Kesunyian - 26 Juli 2021