
Terputar sebuah melodi di ujung senja
Nyanyian tentang hati yang tak terdengar telinga
Hanya disaksikan hamparan sepi
Kala waktu kian menepi
Melodi bisu itu
Seakan datang dari seruling sunyi
Menuai kegelisahan diri
Yang tertiup sang gembala hati
Tak ada yang tahu
Takkan ada yang mengerti
Tak pula dipahami
Melodi itu
Semakin lama semakin terasa
Menggema di hamparan ruang hampa
Mengoyak jiwa yang merana
Teriakan sepi yang menggila
Sudra Merindukan Surga
Terlalu sempurna aku untuk membencimu
Meski segores rindu kau kebiri rasaku
Dalam letih kuharap hadirmu
Empat detik yang kupinta darimu
Rupanya beban buat ragamu
Sang sudra rindukan surga
Yang didapat justru neraka
Merindukanmu begitu sakit
Namun tak juga kau pahami
Dalam heningku
Kusadari arti hadirku
Aku hanya keranjang sampah tempat keluh kesahmu
Aku hanya secarik tisu penyeka air matamu
Aku hanya dermaga tempat persinggahan perahumu
Mendung pun masih bergelayut mesra di bahu sang mega
Sang sudra rindukan surga
Yang didapat hanya kecewa
Air mata tak bermakna
Kamu yang Tak Kembali
Kamu seumpama lagu
Yang tersapu debu
Berbisik lirih di antara sekapur sirih
Menggelitik titik kecil dalam sanubari
Kamu serupa tembang
Yang tak pernah tampak
Yang tak bisa kudekap
Sayangnya, bayangmu sungguh pekat
Menyiksa jiwa yang berbalut lara
Kamu menjelma menjadi syair
Sebaris lirik di atas pasir
Yang tersapu angin
Enggan untuk kembali
Kamu layaknya tarian tinta
Mengalun merdu di atas kertas
Mengisi lembaran demi lembaran
Meninggalkan jejak petualang
Lembar pijak yang enggan dibuka ulang
Tanya Jawab
Jika jawab adalah senjatamu
Tanya adalah alatku
Kita coba berembung di pagi remang
Ku keluarkan alatku
Kau acungkan senjatamu
Kita tumpahkan serpih-serpih bening dari sulingan keringat
Menurutmu apa filosofi dari tanya dan jawab?
Biar filsuf yang rangkai maknanya dalam jalinan kalimat kompleks yang memuaskan nafsu intelektual mereka
Tapi kita tidak berdiri untuk saling bodoh; kau coba meyakinkan dengan mimik polosmu dan ku coba manggut-manggut dalam mimik laguku
Harusnya kita tengadahkan mata pada mentari yang sama
Namun kau putar makna huruf hingga di senja remang
Tanpa ku tanya mengapa mengapa mentari kita berdiri bertolak belakang
Apa maknya tanyaku dalam jawabmu?
Ada yang Hilang
Terasa hampa kosong sepi
Ada yang hilang
Seperempat jiwa pamit
Aku jemput asa yang datang
Raih angan yang nyata
Genggam erat di pelukan setengah jiwaku terasa hilang
Seperempat nyawa melayang
Kau nadiku telah pergi
Hati terharu tergores kata
Air mata tertahan
Seperempat jiwa kulepas
Kini hanya seberkas bayang sendu
Yang kian merajam sukma
Selayang Pandang
Jiwa menerawang
Membidik angan menembus hayalan
Merpati terbang membawa pesan kesakitan
Cerita tentang istana
Dan sembunyikan luka
Aku mengenangmu
Bersama haru kisah membisu
Pernah kucoba
Mendayung perahu
Menjemputmu di dermaga rindu
Namun
Ketika itu matamu hanya ada cerita yang musnah
Dan kita pun berjalan di antara persimpangan
Lalu berlalu tanpa ada restunya sang waktu
- Ketika Para Seniman Masuk dalam Panggung Politik - 28 Juni 2023
- Tentang si Enu dari Kutub Utara - 2 Februari 2023
- Kata Hati - 22 Januari 2023