Membangkitkan Kesadaran Spiritual Lewat Ziarah ke Makam Leluhur Maraqdia Tie-Tie

Membangkitkan Kesadaran Spritual Lewat Ziarah ke Makam Leluhur Maraqdia Tie-Tie
©Dok. Pribadi

“Maraqdia Tie-Tie merupakan putri raja yang sangat cantik dan memiliki rambut yang sangat panjang sehingga ketika rambutnya dicuci akan dikeringkan di atas tujuh batang bambu…”

Begitu status yang kutulis di wall Facebook-ku seminggu yang lalu sepulang dari berziarah di makam raja atau dalam bahasa Mandar-nya “Maraqdia”, Maraqdia Tie-Tie. Hampir ada lima puluh orang temanku di FB yang memberika respons like dan super atau love. Dan aku melihat komentar yang ditulis oleh Ridwan Alimuddin atau yang akrab kami sapa dengan kak Iwan, seorang pegiat literasi yang sangat viral di Mandar, Sulawesi Barat; kami sering bertemu dan berdiskusi, baik lewat dunia nyata maupun maya.

“Maraqdia Tie-Tie seorang laki-laki atau perempuan?” tanyanya melalui media sosial.

Aku pun menjawabnya, “Setahu kami perempuan, kak. Ada info yang lainkah, kak?”

Jawab kak Iwan kemudian jika dia belum mendapatkan informasi tertulis tentang apakah beliau laki-laki atau perempuan, tapi (zaman) dulu umumnya kata maraqdia atau raja adalah seorang laki-laki. Khususnya di kerajaan Balanipa (salah satu nama kerajaan di Mandar), raja perempuan baru ada di era Andi Depu (nama pahlawan nasional dari Mandar) dan puang Monda.

Dalam lontar yang menyebutkan Tie-Tie pun tidak memiliki penjelasan bahwa ia seorang perempuan. Sama dengan Todilaling (nama raja pertama di Mandar) dan raja-raja yang lain, tidak disebutkan bahwa ia seorang laki-laki tapi pemahaman umum bahwa mereka adalah laki-laki.

Kemudian kak Iwan bertanya, “Informasi bahwa Tie-Tie perempuan dan berambut panjang datanya dari mana?”

Aku lalu membalas pertanyaan dari kak Iwan dengan mengatakan kami memperolehnya dari cerita rakyat, dari nenek kami seorang putri Kandemeng (nama suatu daerah di Mandar). Dan informasi lain kami dapatkan dari seorang kakek yang pernah hidup dengan Imam Lapeo (tokoh agama di Mandar). Namun, memang perlu penelitian lebih lanjut.

Baca juga:

Aku kemudian berpikir untuk mencari tahu tentang sejarah maraqdia Tie-Tie yang selama ini banyak diceritakan secara turun-temurun apalagi masyarakat Mandar masih kuat memegang tradisi lisan, mungkin belum ada yang menulisnya secara ilmiah. Maraqdia Tie-Tie jika bukan seorang raja mungkin memang putri raja yang juga dipanggil dengan gelar raja (maraqdia) karena anak raja, atau dan keluarga bangsawan.

Aku berani mengatakan beliau adalah perempuan karena aku ingat suatu kisah di masa kecilku. Sewaktu kecil, aku paling sering berambut pendek, rambut panjang sedikit aku minta rambutku dipotong oleh ibuku. Aku hampir dikira seorang anak laki-laki sewaktu masuk sekolah di SMP Negeri 21 Ujung Pandang (Makassar), almamaterku, karena rambutku pendek sekali dan tubuhku terlihat tinggi tapi kurus. Sampai-sampai ayahku menjulukiku, Mia Audina, seorang pemain bulu tangkis perempuan yang rambutnya sangat pendek sepertiku.

Ketika nenek perempuanku dari pihak ayah melihatku, ia kemudian menceritakan kisah maraqdia Tie-Tie. Bagaimana Maraqdia Tie-Tie yang seorang putri raja memiliki paras yang cantik yang hidupnya dikelilingi tujuh orang dayang-dayangnya.

Ketika putri mencuci rambutnya, ia akan mengeringkannya dengan menggunakan tujuh (7) pohon batang bambu. Ketika dayang-dayangnya mencari kutu beliau, kutu itu konon katanya dinaikkan lagi ke atas kepala si putri raja karena tidak ada pekerjaan lain lagi yang akan dikerjakan.

Aku juga mendengar cerita dari seorang kakek, sebut saja dia, Aba. Aba menceritakan kepadaku jika maraqdia Tie-Tie dulu sangat terkenal dengan kecantikannya. Sepupunya sendiri sampai jatuh hati padanya dan ingin memperistrinya walaupun maraqdia Tie-Tie sudah bersuami. Sehingga terjadilah perang saudara saat itu.

Melihat Desa Suruang, Melihat Makam Maraqdia Tie-Tie

Kita tinggalkan dulu perdebatan tentang siapakah “Maraqdia Tie-Tie” sebenarnya. Karena aku belum menemukan sumber, referensi yang tepat tentang beliau. Aku lebih ingin menceritakan perjalanan kami yang penuh perjuangan ke makam beliau.

Sebelumnya, di sekitar Juli, pertengahan 2021, kami sempat ingin berziarah di makam beliau. Namun saat itu, karena musim hujan, jalanan menuju ke makam sangat becek, sehingga mobil pick-up yang membawa kami tidak bisa naik sampai ke atas.

Kami hanya sampai di pintu gerbangnya, setelah jalan yang dicor atau dibeton. Kami kemudian memutar haluan berziarah ke makam maraqdia Baro-Baro yang memang menjadi tujuan destinasi ziarah kedua kami.

Halaman selanjutnya >>>
Zuhriah
Latest posts by Zuhriah (see all)