Makam maraqdia Baro-Baro terletak di Desa Tenggelang, Luyo, Polewali Mandar. Maraqdia Baro-Baro merupakan raja yang hilang bersama istri dan anak-anaknya, sampai hewan peliharaannya, kuda dan kambingnya, juga hilang ketika beliau dikabarkan moksa sekelurga.
Kini, di Mei setelah lebaran, kami, aku dan adikku, Ammoz, pun berniat ke sana lagi. Untungnya, ketika kami pergi, hujan tidak turun semalam. Kami pun pergi berziarah di makam maraqdia Tie-Tie yang terletak di Desa Suruang, Kecamatan Campalagian, Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat. Kami masuk lewat Dusun Beutang karena kata bapak haji Usman yang mengantar kami, jalanan ke sana melalui dusun yang satu betonnya lagi licin.
Dari Beutang kami jalan sekitar lima sampai tujuh kilometer. Walaupun sempat “ngos-ngosan” selama perjalanan, aku sangat bahagia melewati areal perkebunan kelapa, cokelat (kakao), jambu, dan buah-buahan lainnya.
Namun, aku juga sempat khawatir karena melewati ilalang-ilalang setinggi sekitar dua sampai tiga meter melewati tinggi tubuhku dan bunyi-bunyi hewan yang aneh yang ternyata burung besar berwarna merah yang tidak kuketahui namanya melewatiku.
Pak haji sebagai penunjuk jalan ,karena mobilnya sering dipakai orang untuk mengantar ke sana, juga sampai melihat ular pohon yang berwarna hijau di sebuah pohon mangga macan. Hal itu biasa terjadi jika itu benar-benar ular “pohon” yang asli. Jika ia ular “penjaga” semacam jin, mungkin ia mau menyapa kami. Kami pun meminta izin untuk lewat di arealnya.
Setelah melewati perkebunan buah-buahan, pohon maja, tanah datar, jalan menanjak, perbukitan yang terkadang luas, becek, sempit hanya bisa dilewati satu orang, sampailah kami pada ujungnya sebuah pohon kapuk yang sangat tinggi dan besar. Aku melihat sekelilingku, hamparan alam yang luas, pohon, sampai laut di pesisir barat Sulawesi terlihat.
Namun, pandanganku terhenti pada sebuah motor trail yang sudah agak tua, dan seekor kuda. Rupanya ada peziarah lain yang ke sini juga. Mereka rombongan yang membawa seorang bayi perempuan yang baru berusia beberapa bulan.
Setelah merangkak naik ke atas di bawah pohon kapuk, kami menemukan sebuah rumah kecil berukuran sekitar empat kali empat yang di dalamnya terdapat tiga batu sebagai penanda, dan sebuah nisan batu hitam yang relatif lebih muda dibanding tiga batu penanda tadi.
Baca juga:
- Serunya Berziarah Jam Satu Malam ke Makam Raden Suryadilogo
- Berziarah ke Makam Wali Tosora, Kakek Para Wali Nusantara
Rombonganku menyuruhku membakar kemenyan yang tersedia di sana, dan memimpin doa, membaca Al Fatihah yang ditujukan kepada maraqdia Tie-Tie dan beserta pengikutnya di dalam kompleks makamnya. Di sini, belum ada juru kunci dan juru pelihara, jadi orang yang berziarah biasanya membawa pembaca doa atau imam yang akan memimpin doa ataupun seseorang yang dituakan.
Kata ibu Dahliah yang ikut bersama kami, pernah ada keluarganya perempuan yang sakit mata. Ia berobat ke banyak dukun, namun belum juga sembuh. Kemudian, pada dukun terakhirnya yang orang Pambusuang menyuruhnya menyiarahi makam maraqdia Tie-Tie. Akhirnya, setelah perempuan itu ke sana, ia sembuh. Kata dukunnya, makam yang di atas itu (maraqdia Tie-Tie) adalah perempuan yang sangat cantik.
Saat itu kami semua pulang dengan perasaan yang ringan, benar-benar ringan, baik secara jiwa dan raga. Karena sebelumnya kami merasa lelah yang mendera melewati jalanan, apalagi dengan kondisi jalanan yang telah aku sebutkan di atas juga ditambah selalu menuju ke arah atas (gunung).
Namun, pulang-pulang rasanya kaki terasa ringan melangkah dan ingin terbang saja. Dan hati kami pun merasa lepas, bebas, “plong” setelah bisa berziarah ke makam maraqdia Tie-Tie leluhur kami.
Semuanya membangkitkan kesadaran spritual mendalam pada kami. Ini bukan hanya kataku, tetapi kata rombongan yang ikut berziarah bersamaku. Aku berharap akan segera mendapatkan informasi tentang beliau, supaya aku lebih mengenalnya. Dan berdoa, semoga, leluhur kami selalu bersama kami.
- Kita Punya Level Kebucinan yang Berbeda-beda - 26 Februari 2023
- Masih Maukah Kita Mengetahui Masa Lalu dari Masjid Tenggelang? - 21 Februari 2023
- Maharani Poktowuna, Perempuan Mandar yang Cantik dan Berambut Panjang - 20 Februari 2023