
Nalar Warga – Belakangan terjadi upaya membelah NU. Tampak pertarungan antara ustaz Wahabi dan ustaz Sunni. Para ustaz Wahabi rajin membid’ahkan hampir seluruh amaliah umat Islam ahlus sunnah waljamaah Indonesia. Tahlilan, yasinan, muludan, zikir nyaring, tarekat,.. disebutnya sebagai bid’ah yang sesat.
Sempoyongan ustaz-ustaz seleb berhaluan sunni menangkis serangan ustaz Wahabi. Sebab, secara akademik, kedalaman ilmu keislaman ustaz seleb memang jauh di bawah ustaz Wahabi. Ustaz seleb rata-rata tak menguasai turats Islam dengan baik.
Gagap menghadapi serangan kaum Wahabi, muncullah ustaz fenomenal berhaluan Sunni. Ia cakap bicara mengenai sejarah Islam dan hadis Nabi. Dia memukul balik kaum wahabi dengan mengutip sumber-sumber otoritatif dalam Islam.
Seperti yang lain, saya termasuk yang mengapresiasi ketangkasan yang bersangkutan dalam merespons serangan kaum wahabi. Dakwahnya berhasil mendapat dukungan besar dari publik Islam.
Di tengah applause panjang umat Islam, kepercayaan diri sang ustaz menaik tajam. Dia tak hanya menyerang wahabi, tapi juga syiah.
Rupanya tak cukup di situ, dia masuk membelah NU antara NU garis lurus dan sebaliknya. Dan baginya hanya ada tiga tokoh di NU yang layak jadi rujukan dan tiga-tiganya berasal dari NU garis lurus.
Padahal dia pasti tahu bahwa tidak ada organisasi NU garis lurus itu. Dan menyebut hanya ada tiga tokoh muda NU yang layak menjadi rujukan, dia seperti mendegradasi sisanya, yaitu para kiai sepuh NU.
Sebelum semuanya terlambat, ustaz muda ini perlu mulai berpikir strategis. Bedakan antara kawan seiring seperjuangan dan mana “lawan” yang menjadi sasaran. Jika peluru diarahkan ke seluruh penjuru mata angin, saya mengkhawatirkan bukan hanya si ustaz akan kehabisan peluru, tapi juga tak kuat menangkis serangan dari berbagai kalangan.
___________________
Artikel Terkait:
- Murid Budiman - 1 September 2023
- Budiman Sudjatmiko, Dia Pasti Adalah Siapa-Siapa - 30 Agustus 2023
- Mereka Lupa Siapa Budiman - 28 Agustus 2023