
Pak Dirman baru saja menyeruput kopinya yang disuguhkan bu Lasmi istri Pak Dirman. Setiap harinya minimal pak Dirman harus meminum kopi sebanyak 5 kali. Kesukaannya terhadap kopi membuat Pak Dirman setiap kali beraktivitas harus diawali dengan kopi.
Walaupun sudah berapa kali diingatkan untuk tidak meminum kopi jika perut sedang kosong. Bagi pak Dirman, kopi adalah sumber inspirasi, sebab kandungan kafein di dalam kopi mampu meningkatkan konsentrasi bagi mereka yang sedang bekerja ataupun menjalani aktivitas.
Setiap paginya Pak Dirman selalu menonton TV ditemani kopi buatan Bu Lasmi menemani aktivitas paginya sebelum ke luar rumah dan berinteraksi dengan tetangganya. Menonton TV adalah kewajiban yang tiap paginya dilakukan untuk melihat perkembangan daerah-daerah lain di Indonesia.
Menurut Pak Dirman, kita harus mampu memanfaatkan teknologi untuk keperluan yang positif, memberikan informasi yang akurat sebagaimana tagline dari siaran berita di TV. Bukan sebaliknya menjadi corong pemberitaan hoaks.
Pak Dirman adalah seorang pensiunan pegawai pemerintahan di Jakarta yang banyak mengurusi organisasi masyarakat dan partai politik. Karena sudah tua dan pensiun, pak Dirman memutuskan untuk pulang ke kampung halamannya menikmati sisa hidupnya bersama istrinya bu Lasmi.
Sejak bekerja di pemerintahan, pak Dirman banyak bertemu dengan politisi maupun pimpinan ormas yang berinteraksi mendiskusikan banyak hal. Salah satunya bagaimana mempersiapkan pemimpin di masa depan dengan menawarkan gagasan kepada rakyat Indonesia, bukan menawarkan janji yang tidak kunjung direalisasikan.
Walaupun pak Dirman sudah pensiun, pikirannya tidak pernah pensiun memikirkan banyak hal. Pernah di suatu waktu, Bu Lasmi melihat suaminya duduk termenung sendirian di depan rumah dengan tatapan yang begitu penuh penyesalan. “Apa yang bapak pikirkan? Ibu lihat bapak sepertinya sedang memikirkan sesuatu yang amat penting,” tanya bu Lasmi.
“Bangsa in memiliki banyak sumber daya yang banyak. Untuk mampu mengelola itu, maka dibutuhkan pemimpin yang memiliki kecerdasan untuk mengelolah itu,” jawab pak Dirman penuh semangat.
Baca juga:
- Partai dan Politisi Berebut Ingin Jadi NU
- Kebanyakan Gimik, PIM Sebut Politisi Indonesia Miskin Gagasan
Bu Lasmi yang sudah lama bersama suaminya itu amat paham dengan kondisi psikologi suaminya yang masih terbayang-bayang masa lalunya yang selalu bergelut dengan dunia politik.
Di dalam hati Pak Dirman bergumam, mempersiapkan pemimpin haruslah dimulai sejak dini, melalui dunia pendidikan dengan sistem yang baik dan pengelolaan yang baik. Dunia pendidikan memiliki peran penting untuk mengubah pola pikir dan tingkah laku seseorang. Para pendiri dan penjuang bangsa ini, mereka tidak lahir dari rahim jalanan, melainkan mereka lahir dari dunia pendidikan. Demikian menunjukkan pentingnya pendidikan yang baik dan terstruktur.
Saat ini, kita sedang memasuki tahun perpolitikan, di mana spanduk-spanduk calon pemimpin sudah banyak yang bertebaran. Pak Dirman merupakan orang pertama yang selalu menanyakan lulusan sekolah apa dia? Sering ikut demo nggak dia itu waktu kuliah? Punya gagasan nggak dia?
Pertanyaan itu seringkali muncul dari mulut Pak Dirman untuk mengetahui kemampuan dari calon yang akan mereka pilih. Menurutnya para calon itu seharusnya seperti, Tan Malaka, Sutan Syahrir, Bung Hatta, dan sebagainya.
Dengan gagasan yang amat baik dari para calon pemimpin, setidaknya masyarakat kita tidak disuguhkan dengan membeli kucing di dalam karung, yang kita tidak ketahui apakah itu kucing atau hewan lainnya. Ini adalah catatan penting yang harus dijadikan sebagai disclaimer dalam memilih calon pemimpin.
Semangat Pak Dirman untuk berkomentar mengampayekan pemimpin adu gagasan kepada tetangganya dan istrinya bu Lasmi ialah agar masyarakat tidak salah memilih pemimpin yang hanya sekadar menebar janji politik yang jika sudah menduduki kursi, tidak lagi memperhatikan rakyatnya.
Sebelum pak Dirman sangat terinspirasi dengan perpolitikan di Turki yang para calonnya itu sedang adu gagasan untuk kemajuan negeri para sultan itu. Menurut Kepala KBRI Indonesia untuk Turki, isu dan gagasan yang berkembang menjelang pemilu di Turki ialah isu perkembangan Teknologi yang sedang di persiapkan untuk kehidupan millennium ke dua Turki.
Turki yang sudah memasuki umur abad ke dua itu, dan posisinya yang strategis dalam perpolitikan negara Barat dan Eropa. Teknologi menjadi satu konsen isu yang mampu membawa Turki menuju kejayaan seperti di masa kerajaan Turki Usmani.
Baca juga:
- Politisi Koruptor, Tanggung Jawab Partai dan Respons Masyarakat
- Politisi Majene Cerdasnya Menggiring Isu Populis
Pak Dirman sangat terang menjelaskan itu kepada Istrinya, agar benar-benar memperhatikan gagasan dan ide yang ditawarkan oleh calon pemimpin. Untuk itu, memilih mereka yang seorang intelektual adalah satu pintu kemajuan. Jika merujuk Antonio Gramsci bahwa seorang intelektual itu adalah mereka yang selalu memikirkan keberlangsungan hidup orang banyak, bukan sebaliknya.
Karena keseriusannya menjelaskan kepada istrinya, tidak terasa matahri yang tadinya malu-malu menunjukkan dirinya, kini sudah menyinari pertiwi. Pak Dirman seharusnya berjalan-jalan untuk menikmati udara segar. Namun begutlah Pak Dirman, tubuh dan kekuatannya saja yang sudah menua, tapi jiwa dan semangatnya masih selalu mudah.
- Membeli Kucing dalam Karung - 15 Mei 2023
- Kehidupan Sosial yang Terkalahkan - 23 Juli 2022
- Pemajuan Peradaban: Konsistensi Melahirkan Generasi Terbaik - 22 Desember 2021