Membongkar Taktik Intelijen dalam Operasi Militer di Papua

Tidak salah bahwa Amerika memuluskan kepentingan nasionalnya dengan tangan besi ats bangsa-bangsa asing lainnya, terutama atas bangsa-bangsa dan negara-negara bersatutus berkembang juga wilayah-wilayah dekoloniasasi lainnya di dunia, termasuk Palestina di Timur Tengah (Minyak), Luhenks dan Doneks (Industri) di Ukrania dan Papua (Freeport) di Indoensia, juga wilayah-wilayah dekoloniasasi yang masih berjuang untuk menentukan nasipnya sendiri.

Berikut, (2) Negara Adidaya, adalah negara yang banyak berorientasi di bidang ekonomi, negara inilah yang menentukan semua peredaran uang yang ada di dunia ini, gurita bisnis di Pasar Global. Ia menjadi kapital agung yang menomopoliasasi dan mengkapitalisasi roda ekonomi di dunia, yang masuk dalam kategori ini adalah China dan kronik-korniknya. China adalah salah satu negara kapital global yang ditakuti para bangkir dan boher-boher ekonomi liberal kapitalistik global di dunia.

Jelas ideologi yang menopang siklus kinerja China itu adalah Kapitalisme. China sampai hari ini masih mengklaim dirinya sebagai Negara Sosialis-Komunis, rekam sejarahnya kemesraan dan kederajatnya dengan ideologi yang paling ditakuti ini jelas, namun rupanya China kecantol virus kelainan, “latihan lain, main lain, bicara lain, buat lain, dan tulis lain, bikin lain”. Ia mengaku negara sosialis-komunis tapi toh kiprahnya dalam perpolitkan dan pasar global menunjukkan bahwa ia adalah kapital agung yang hendak melengserkan Amerika dan sekutunya.

Berikut (3), Rusia, adalah Negara yang secara apik bermain di dunia gelombang kepentingan tadi, yakni ia negara dengan wakat adikuasa dan juga adidaya. Dalam konfrontasi politik Rusia lebih condong melirik China ketimbang Amerika, dan memang adalah sebuah ilusi dan utopia belaka jika Russia mau duduk beraliansi dan berkongsi dengan Amerika, keduanya adalah musuh bubuyutan yang abadi. Selama keduanya belum bisa untuk duduk bersama dan mau berdialog serta berekonsiliasi selama itu pula letupan-letupan konflik nuklir dan ekonomi akan senantiasa menghiasi ruang publik dan digital kita menuju ambang “Perang Dunia Ketiga”.

Kita mesti sadar dan tahu bahwa dedengkot di balik “Perang Dunia 1-2” itu tidak lain dan tidak bukan adalah kedua negara ini, Amerika versus Russia (Uni-Soviet). Bukan tanpa alasan bahwa jika kita telisik secara saksama sebenarnya dalang di balik semua opera konflik global itu adalah Amerika dan Russia dalam rangka tampil sebagai “Civita Dei” atau “Negara Tuhan” yang baru, “Tuhan Berwajah Hantu” seperti ramalan Harri, “Homo Deus” atau “Deus Homo”.

Bukan rahasia lagi bahwa Russia ada aktor di balik Perang Ameria versus Korea Utara, di belakang Israle ada Amerika dan di belakang Palestina ada Russia, di belakan Ukrania tentu ada Amerika, kita juga sadar bahwa di belakang Indonesia ada Amerika Serikat, tapi di belakang Papua tidak ada Russia.

Terakhir, (4) Negara Roma. Pascah edicta Milano pada tahun 313 yang dikeluarkan oleh Kaisar Konstantinus Agung I, Agama Kristen waktu diangkat atau dijadikan sebagai “Agama Negara”. Pada peristiwa ini terjadi perubahan yang sangat radikal dalam sejarah perbaraban Kristiani. Sejatinya, Gereja Kristus yang dibangun oleh Kristus sendiri di atas Para Rasul dengan Petrus sebagai ketuanya itu tidak bercorak politis dalam arti murni.

Justru sebaliknya kelompok yang di bentuk oleh Yesus dari Nazaret itu selalu berkonfrontasi dengan kaum aristokrat dan kaum Zahendrin. Mereka tidak bersikap dan bermental kooperatif akomodatif dengan Penjajah (Romawi) dan perpanjangan tangan penjajah (kaum farisi, ahli-ahli taurat, herodes, gubernur dan lainnya), tapi sebaliknya mereka senantiasa bersikap kritis profetis sebagaimana teladan Guru, Imam, Nabi dan Martir mereka, Yesus Kristus yang tampil sebagai “Pembebas Sejati” di kala itu.

Kembali lagi bahwa pasca edikta Milano keluar “Arke Iman Kristiani” berubah drastis, “tungku api iman” Kristiani yang sudah diwartakan dan diwujudnyatakan oleh Yesus Kristus semakin redup. Gereja bukan lagi dipahami sebagai kumpulan umat Allah toh dan sakramen keselamatan Allah, tapi juga sebagai institusi kenegaraan.

Sebenarnya Gereja Katolik itu selalu berpolitk pragtis, tapi cakupannya itu hanya ada di Roma. Uskup Roma, selain berstutus sebagai Paus dan Pemimpin Tertinggi Gereja Katolik Sejagat, ia juga adalah Presiden Negara Roma-Vatikan. Ada duta-duta dan diplomat-diplomat besarnya, ada menteri-menterinya. Roma-Vatikan juga selalu tampil dalam percaturan politik global mulai dari yang putih, gelap dan klandestin.

Dalam Perang Dunia Pertama maupun Kedua Roma-Vatikan senantiasa hadir sebagai “pihak ketiga yang netral” atau menjadi “Mediator” resolusi konflik bahkan fasilitator transformasi konflik. Sejatinya hemat penulis tidak pernah ada atau terjadi perang dunia, ia hanya dia-adakan saja oleh pihak-pihak berkepentingan sesaat dan sesat tertentu.

Bahwa diksi atau frasa “Perang Dunia” hemat penulis adalah sebuah desain konspirasi besar yang dibangun oleh negara-negara adidaya dan adikuasa tadi di atas guna melanggengkan kepetingan-kepetingan nasional interesnya, bahkan diksi “nasional interest” pun sebenarnya adalah sebuah “pembodohan massal” atau “penduguan global” yang dibangun oleh “boher-boher kapital, feodal, kolnial dan imperial global” di atas.

Melalui Ajaran Sosial Gereja (ASG), ada beberapa ASG yang akan penulis kemukakan secara ringkas di sini; Rerum Novarum (RN), dikeluarkan oleh Paus Leo XIII pada tahun 1819 dengan tujuan untuk menrespons masalah-masalh sosial mengenai kondisi kerja dalam masyarakat industri. Terutama, perhatian besar diberikan kepada kaum miskin, kaum buruh, dan kaum marjinal lainnya (option for the poor) dan suara bagi kaum tak bersuara (voice the voiceles).

Qudragesimo Anno (QA), dikeluarkan oleh Paus Pius XI pada tahun 1931. QA ini membahas tentang prinsip-prinsip solideritas dan subdiaritas guna menghapus pembabakan kelas dalam masyakat, agar terjadi keadilan sosial, tidak ada ketimpangan, kesenjanagn, dan alienasi anatra yang kaya dan yang miskin.

Mater et Magistra (MM), dikeluarkan oleh Paus Yohanes XXIII pada tahun 1961. MM ini membahas tentang pentingya partisipasi kaum buruh dalam sistem manajemen industri. Bahwa perluh ada pelibatan kaum buruh yang profesional dan spesialis di bidang produksi industri. MM tidak membatasi diri pada melulu pada upah pembayaran gaji yang wajar sesuai jam kerja, juga kenaikan jabatan bagi kaum buruh yang berpestasi dan berdampak posistif, di sana dibahas juga bagimana tanggung jawab moril negara-negara maju untuk membantu negara-negara berkembang dalam proses pertumbuhan, perkembangan dan kemajuannya, tidak melulu tampil sebagai penghisap, penjajah, dan penindas.

Pacem In Terris (PT), dikeluarkan oleh Paus Yohanes XXIII pada tahun 1963. PT ini membahas tentang pentingnya keadilan sebagai jaminan perdamainan dan ketidakadilan. Melalui perjuangan dan penegakkan keadilan perang dengan sendirinya akan berakhir dan peradamain lekas akan terwujud.

Halaman selanjutnya >>>
Siorus Degei
Latest posts by Siorus Degei (see all)