
: Yohanes Nani
Kita pernah berjumpa pada sebuah masa
saat hujan dan angin mencoba memahami
bahasa musim
dan rinai hujan begitu santai
menikam rindu dan damba yang bergejolak
kita berdua dan bersua seadanya
dan rahim kita melahirkan seribu satu dunia tanpa rupa
hingga lupa
pada detik mana semuanya bermula.
Kita pun berjalan bersama gulungan waktu
hingga tiba sebuah masa yang lain
saat takdir menjelma pengkhianat paling kejam
dan meracuni segenap kata dan puisi
yang kini berdesakan memasuki beranda buku
kenangan ini.
Puncak Scalabrini, Maret 2019
Melipat Kenangan
: Bapa Pice Dali
Tanyakan padaku arti rindu
Adalah kenangan yang merintih pilu
Saat aku mengibas debu kaki
Di hadapan wajah yang dirajam bongkah-bongkah kecewa
Kudapati di sini malam-malam
Penuh igauan remeh temeh itu
Tentang catatan hari lalu yang pamit
Bahasa pintu hati yang masih terbuka
Bagi kenangan masa depan yang entah kapan
Tanyakan aku makna kata cinta
Itulah kita yang setia menyapa cerita
Rindu serupa doa yang kita lafal tanpa henti
Jawaban bagi takdir yang mengasingkan aku
Dari tanah engkau menyepuhku sedia kala
Kiat paling ampuh yang kutempuh hanyalah
Melipat segala kenangan di gubuk sukma.
Puncak Scalabrini, Januari 2020
Suatu Pagi di Pelabuhan Bolok
Kita telah menghabiskan ribuan detik
Memandang kapal berlayar ke laut dalam
Ada yang tak hendak kau relakan
Sementara anak-anak nelayan di samping kita
Dengan enteng memandang duka ini sebatas lelucon kecil
Yang mengantar mereka menaiki perahunya
Sejak subuh engkau melepas genangan air mata
Dan aku sibuk menyeka wajahmu
Meski kutahu itu sia-sia
Sebab bahkan kata-kata hiburan ini
Kau anggap seperti basa-basi saja
Kau rupanya telah sungguh mengerti arti kehilangan
Saat kau tak sanggup mengucapkan ‘selamat jalan’
Bagi orang yang kau cinta
Dan aku mengerti candu cinta yang merenggut kebebasanmu
Hingga kau sembunyikan tawa dan ria
Hanya agar aku paham
Kau benar-benar dimabuk cintanya
Dan aku paham juga
Tak ada tempat bagi orang yang hanya mengagumi
Tanpa sepatah bicara
Kapal kian tak tampak lagi
Dan aku mulai sibuk memungut siasatku
Bila kelak aku terlanjur dianggap ‘pecundang cinta’
Karena sesungguhnya aku sedang diam-diam
Mengagumimu.
Kupang, Desember 2015
The End of The Day
Malam kembali memungut
Segumpal jejak yang lelah
Ditiduri mentari sebelum ia pamit
Dengan tenang kusaksikan sendiri
Raga terpental pada butir-butir waktu
Temui nikmat di sudut-sudut hening dan gaduh
Dan aku tersipu malu
Lalu kuajak ia menutup kisahnya
Lembah Karmel, Januari 2020
Sajak Penghabisan
Tuhan
Jikalau mungkin mentari esok pagi
Tak hendak menyapa
Saat kubuka mata ini
Jangan relakan dunia menjemputku dini
Katup lagi mataku
Bawa saja daku kembali
Ke keheningan yang abadi.
Lembah Karmel, Januari 2020
- Gadis Kecil - 17 Mei 2020
- Memoar - 3 Maret 2020