Meneguhkan Literasi Data untuk Kebijakan Publik yang Malaqbiq

Temuan survei Program for International Student Assessment (PISA) masih menempatkan Indonesia di ranking 62 dari 70 negara. Kita masih berada di 10 negara terbawah yang memiliki tingkat literasi rendah.[7]

Di tingkat anak usia dini pun demikian. Early Childhood Development Index (ECDI) Indonesia 2018 memberi gambaran yang relatif buruk di soal perkembangan literasi dan numerasi anak. Angkanya masih di kisaran 64,40 persen, paling buruk di antara kemampuan lainnya yang turut disurvei. Ini bukti bahwa kita masih memiliki problem untuk tingkat literasi lama di Indonesia.[8]

Data-data itu tentu bisa jadi acuan para pemangku kebijakan untuk menggarap program literasi sedini mungkin. Terlebih dengan hadirnya literasi data, bukan waktunya lagi memaknai literasi sekadar membaca, menulis, atau berhitung, melainkan sesuatu yang kompleks. Ukurannya tidak hanya di soal keterampilan berbahasa juga matematika, tetapi semua usaha dalam mendapatkan ilmu pengetahuan serta informasi.

Membaca suguhan data saja tidaklah cukup. Penggunaan data mesti dibarengi dengan program literasinya. Ini memungkinkan kita memahami komponen apa saja yang ada dalam data, seperti jenis data apa saja yang cocok di masing-masing konteks, atau apakah sebuah data itu menyesatkan atau sekadar hadir untuk merugikan pihak lain.

Dengan literasi data, jebakan seperti itu bisa dengan mudah diatasi. Literasi data memampukan kita menganalisis data, menafsirkan data secara visual, berpikir kritis terhadap setiap informasi yang ada dalam data, memahami metode dan perangkat yang dapat memudahkan proses analisis data, serta menyajikan data storytelling.[9]

Dengan demikian, literasi data adalah keahlian tersendiri yang wajib dikuasai. Terlebih di era Revolusi 4.0, program ini menjadi keharusan semua kalangan, terutama bagi pejabat daerah Sulawesi Barat yang diharapkan bisa menelurkan kebijakan publik yang malaqbiq dalam kerja-kerja politiknya ke depan.

Daftar Pustaka
  • Admin, 2121, Tingkat Literasi Indonesia di Dunia Rendah, Ranking 62 dari 70 Negara, Perpustakaan Kemendagri.
  • Andre Oliver, 2021, Menguak Pentingnya Skill Literasi Data di Era Digital, Glints.
  • Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Barat, 2021, Statistik Kemiskinan Provinsi Sulawesi Barat 2020.
  • Ines Dwi Andini, dkk., 2020, Penilaian Kualitas Data Broadband Customer Profiling (BCP) Pelanggan Fixed Broadband PT Telekomunikasi Indonesia Tbk., IPTEK-KOM, Vol. 22 No. 1.
  • Intan Ahmad, 2018, Proses Pembelajaran Digital dalam Era Revolusi Industri 4.0, Medan: Kemenristekdikti.
  • Peraturan Gubernur Sulawesi Barat Nomor 22 Tahun 2019 tentang Pengembangan Budaya Kerja “Ide To Malaqbiq” Aparatur Sipil Negara di Lingkungan Pemerintah Provinsi Sulawesi Barat Pasal 1 Ayat (11).
  • Riant Nugroho, 2021, Public Policy, Jakarta: Elex Media Komputindo.
  • Subdirektorat Statistik Pendidikan dan Kesejahteraan Sosial, 2020, Analisis Perkembangan Anak Usia Dini Indonesia 2018 – Integrasi Susenas dan Riskesdas 2018, Badan Pusat Statistik: Jakarta.
Baca juga:

[1]Sikap dan tindakan ini sudah ditegaskan pula dalam Pasal 1 Ayat (11) Peraturan Gubernur Sulawesi Barat Nomor 22 Tahun 2019 tentang Pengembangan Budaya Kerja “Ide To Malaqbiq” Aparatur Sipil Negara di Lingkungan Pemerintah Provinsi Sulawesi Barat; diakses dari https://peraturan.bpk.go.id/ pada 20 September 2021.

[2]Ines Dwi Andini, dkk., 2020, Penilaian Kualitas Data Broadband Customer Profiling (BCP) Pelanggan Fixed Broadband PT Telekomunikasi Indonesia Tbk., IPTEK-KOM, Vol. 22 No. 1, hlm. 32.

[3]Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Barat, 2021, Statistik Kemiskinan Provinsi Sulawesi Barat 2020, hlm. 1; diakses dari https://sulbar.bps.go.id/ pada 19 September 2021.

[4]Kebijakan publik mudah dipahami karena maknanya menyangkut hal-hal apa yang dilakukan dalam rangka mencapai tujuan. Kebijakan publik juga mudah diukur karena kejelasannya, yakni sejauh mana progres pencapaian tujuan itu telah ditempuh. Riant Nugroho, 2021, Public Policy, Jakarta: Elex Media Komputindo, hlm. 171.

[5]Tiga literasi baru yang dimaksud di sini adalah literasi data (big data), literasi teknologi (coding), dan literasi manusia (humanities).

[6]Intan Ahmad, 2018, Proses Pembelajaran Digital dalam Era Revolusi Industri 4.0, Medan: Kemenristekdikti, hlm. 4; diakses dari http://lib.um.ac.id/ pada 20 September 2021.

[7]Survei tingkat literasi PISA ini dirilis oleh Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) pada 2019. Admin, 2121, Tingkat Literasi Indonesia di Dunia Rendah, Ranking 62 dari 70 Negara, Perpustakaan Kemendagri; diakses dari https://perpustakaan.kemendagri.go.id/ pada 20 September 2021.

[8]Subdirektorat Statistik Pendidikan dan Kesejahteraan Sosial, 2020, Analisis Perkembangan Anak Usia Dini Indonesia 2018 – Integrasi Susenas dan Riskesdas 2018, Badan Pusat Statistik: Jakarta, hlm. 20; diakses dari https://www.bps.go.id/ pada 19 September 2021.

[9]Andre Oliver, 2021, Menguak Pentingnya Skill Literasi Data di Era Digital, Glints; diakses dari https://glints.com/ pada 20 September 2021.

Maman Suratman
Latest posts by Maman Suratman (see all)