Menggugat Cinta

Menggugat Cinta
©Tribun

Cukup menarik bila ada narasi yang mengatakan menggugat cinta; ada apa dengan cinta?

Bagaimanakah bentuk cinta? Apakah cinta itu memiliki wujud? Bila ada yang bisa menjawabnya, tolong sampaikan pada saya karena keraguan selama ini adalah bentuk menggugat cinta. Sudah cukup lama saya mencari makna dari kata yang disebut C.I.N.T.A (cinta).

Indikasi dari tulisan ini adalah pengalaman dan perjalanan mencari nilai, makna, dan bukti bahwa cinta tidak dapat digugat. Saya sering membaca novel tapi klimaks novel hanyalah fiksi dan itu tak cukup membuat saya untuk berhenti menggugat cinta.

Saya sempat lupa kapan terakhir kali berpikir tentang hal ini, tapi narasi ini kembali saya dengar ketika ada pertengkaran sepasang kekasih yang mengatasnamakan cinta dan berujung pertengkaran. Apakah cinta bisa membentuk pertengkaran? Tolong jawab saya!

Ketika kebimbangan bagai hantu yang datang dan lupa bagaimana cara untuk pulang, di saat itulah potensi diri sedikit sulit ditemukan kembali. Padahal realitas itu lahir dari diri kita sendiri, tapi entah kenapa melebur dalam diri begitu asing bagai tak dihuni.

Apakah ini jawaban dari ketidakmampuan kita untuk mengenali diri ketika terpenjara dalam kebimbangan? Cukup relevan ketika rasa percaya diri dibunuh oleh ketakutan akan realitas di luar diri yang membuat diri lupa akan keberadaan diri. Siapa yang berani menyatakan dirinya untuk menggugat cinta? Apa alasannya? Tolong jawab saya!

Narasi Rabu dan Kamu

Yang melatarbelakangi tulisan ini cukup sederhana, yaitu rabu, kamu, dan aku. Penggalan kalimat pada latar belakang tulisan ini sedikit menarik. Sebenarnya ada apa dengan hari rabu serta apa hubungannya kamu dan hari rabu?

Ketika waktu memberi hari yang kita sebut rabu, ketika itu ada pesan singkat dari kamu yang cukup membutuhkan waktu untuk dijawab. Pesan ini tak bisa diterka bahkan lumayan rumit untuk dicerna tanpa analisis.

Baca juga:

Pesanmu pada hari rabu yang awalnya saya baca dengan saksama ternyata cukup membuat saya berpikir keras kenapa narasi ini muncul pada hari rabu. Saya coba menelaah makna hari rabu pada hari ini dan ternyata hari rabu ini dikenal dengan hari kasih sayang.

Saya tak mau memberi ucapan kasih sayang karena ucapa bisa jadi racun bagi mangsa yang sedang terlena. Saya hanya memberi sedikit kecupan yang saya beri makna dengan sebutan “sentuhan kasih sayang”.

Sebenarnya kamu tak pantas disandingkan dengan hari kasih sayang karena hari akan berlalu ketika waktu kembali berputar. Kamu lebih pantas disebut sebagai pemilik kasih sayang tanpa ada marginalisasi hari. Alasan sederhananya, karena rabu tak cukup untuk memjawab kasih sayang.

Kasih sayang bukan kontrak pada hari melainkan kasih sayang itu hidup tanpa kontrak setiap hari. Akan tetapi hari rabu ini cukup memberi kesan dikarenakan tak cukup 1 hari rabu pada kalender yang bisa membatasi kasih sayang.

Terima kasih, rabu; terima kasih, kamu; dan terima kasih, waktu sudah titipkan hari rabu ini walaupun saya menolaknya untuk kesimpulan pada kasih sayang.

Yovinianus Olin
Latest posts by Yovinianus Olin (see all)